Pencari Suaka Remaja Buka Suara Soal Kondisi Rumah Detensi Pontville

Pencari Suaka Remaja Buka Suara Soal Kondisi Rumah Detensi Pontville

- detikNews
Rabu, 31 Jul 2013 15:37 WIB
Jakarta - Seorang pencari suaka remaja buka suara mengenai kehidupan tanpa pendamping di pusat penahanan Pontville Tasmania.

Kebijakan pemerintah mengirimkan pencari suaka ke Papua Nugini untuk menghentikan kedatangan manusia perahu tidak bisa diterapkan terhadap anak-anak pencari suaka yang sudah lebih dahulu ditahan di Australia.

Menteri Imigrasi Australia, Tony Burke mengatakan dirinya akan mengutamakan memindahkan anak-anak tersebut ke masyarakat secepat mungkin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Total 285 orang, terutama anak-anak remaja saat ini ditahan di Pusat Pemrosesan Pontville dekat Hobart di Tasmania.

Kementrian Imigrasi mengatakan rata-rata masa penahannan pencari suaka di Pontville 45 hari.

Namun seorang pencari suaka anak yang pernah di rumah detensi Pontville dan saat ini tinggal bersana komunitas mengatakan dirinya kenal dengan seorang anak laki-laki yang sudah ditahan di Pontville sekitar 8 – 9 bulan.

Anak yang diidentifikasi bernama Paul itu menggambarkan keadaan di dalam rumah detensi sebagai tempat yang tidak bagus untuk anak-anak, rumah detensi itu seperti kandang.

Paul mengatakan di Pontville ada 20 remaja yang tidur di ranjang susun bergaya asrama.

Namun pemerintah mengklaim anak berusia 11 tahun tinggal di ruang istirahat khusus bersama dengan anggota keluarganya.

Paul bercerita bagaimana rumah detensi itu dibagi menjadi 3 blok dan mereka harus antri untuk ambil makanan.

"Kami harus antri setiap kali hendak makan dan kemudian mencuci peralatan makan kami baru kami pergi tidur,” tuturnya.

Anak-anak yang ditahan itu bersekolah di Hobart dan Paul mengatakan dirinya mendengar sebagian pencari suaka saat ini bisa berinteraksi dengan teman sekelasnya.

Paul mengatakan petugas didalam Pontville akan memerintahkan mereka tidur pukul 9 dan bangun pukul 7 untuk sekolah.

Mayoritas anak tanpa pendamping tinggal berkelompok di rumah asuh

Paul mengatakan tahanan anak-anak dibawa secara berkelompok sekitar 10 orang untuk melakukan ibadah, barbecue dan renang, dan mereka diawasi oleh 2 atau 3 petugas dari Pontville.

"Mereka tidak dibolehkan meninggalkan area, harus tetap tinggal di area itu dan ada aturan untuk bepergian.

Sebagian besar anak-anak pencari suaka tanpa pendamping tinggal berkelompok dirumah tapi Paul tinggal bersama orang tua asuh.

"Mereka seperti orang tua kedua saya. Mereka malaikat penolong, saya baik-baik saja.” tuturnya terharu.

Sejumlah keluarga di Tasmania menawarkan rumahnya untuk ditinggali anak-anak yang ditahan di Pontville.

Tasmania adalah satu dari sedikit tempat di Australia di mana pekerja yang memiliki anak tidak perlu melakukan pemeriksaan.

Kementerian Imigrasi sebelumnya mengatakan tidak tepat jika menempatkan anak-anak di rumah tanpa pemeriksaan polisi dan tinggal bersama anak itu harus tetap diawasi.


(nwk/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads