Tak dinyana, petang itu menjadi hari yang kelam bagi keduanya. Tak pernah terlintas dibayangannya, mereka akan ditabrak oleh pemotor yang melintas di trotoar. Eka sempat memar meski tak sampai hilang kesadaran. Tapi Nahas bagi Mukti, nyawanya tak tertolong setelah sempat dilarikan ke rumah sakit.
Di tengah trauma, Eka masih mengingat kronologi kejadian saat seorang wanita yang mengendarai sepeda motor matic-nya tiba-tiba menyambar mereka. Rupanya wanita pemotor tersebut sore itu baru dijambret oleh pemotor lain. Karena ingin mengejar penjambret, ia memacu motornya. Sayangnya, karena panik ia kesulitan mengendalikan arah dan kecepatan tunggangannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selang beberapa detik kemudian, lengannya tersambar spion motor kedua, yang membuatnya jatuh. Setelah menabraknya, motor tersebut makin tak terkendali. Mukti, 25 tahun, gadis tinggi semampai itu pun terpental sejauh 1,5 meter. Keningnya menabrak dinding pembatas dari besi membuatnya tak sadarkan diri. Tubuhnya kaku tapi darah segar tak berhenti mengucur deras dari keningnya.
Eka yang panik segera menghubungi pihak kantornya. "Dia pasti butuh tindakan operasi dan aku takut kalau-kalau aku pingsan juga saat itu," kata dia. Mukti segera dilarikan ke rumah sakit, sayang nyawanya tak bisa diselamatkan.

Kepala Unit Kecelakaan Lalu Lintas Jakarta Pusat Ajun Komisaris Polisi Bremen S yang dikonfirmasi menjelaskan kronologinya. Pada saat itu sebuah sepeda motor dengan nomor polisi B 6067 UMQ yang dikendarai oleh Tiara Ramadhani Guciana (24), seorang pekerja swasta, warga Jalan Kesatuan Terusan nomor 16 RT 01 RW 10 Kelurahan Cilincing, Jakarta Utara, melaju sepeda motornya dari timur ke barat (dari ujung Jalan Sumatera arah ke Sarinah).
Ketika sampai di pertigaan ia menabrak trotoar taman dan seorang perempuan pejalan kaki yang berjalan dari arah selatan ke utara. "Jadi setelah nabrak trotoar baru kena ini korban. Diduga penyebab terjadinya kecelakaan karena pengendara lalai dan oleng," kata Bremen yang ditemui detikcom di ruangan kerjanya, Selasa (30/7).
Akibat peristiwa tersebut, korban, Mukti wijayanti (25) mahasiswa salah satu perguruan tinggi warga Jalan Tangkuban Perahu II nomor 59 RT 02/11 Kelurahan Kayu Ringin Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, mengalami luka memar di bagian kepala, bahu kanan lecet, kening lecet dan dilarikan ke Rumah Sakit Abdi Waluyo Menteng. "Gak meninggal di TKP," jelas Bremen.
*****
Kasus kecelakaan yang merenggut nyawa Mukti hanya salah satu dari ribuan kecelakaan yang merugikan pejalan kaki. Apa yang dialami Mukti dan Eka juga kerap terjadi tak hanya di Jakarta tapi hampir di kota-kota lainnya. Menurut Koalisi Pejalan Kaki, yang mengutip data dari Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri, sebanyak 18 pejalan kaki tewas setiap hari pada 2011.
"Angka ini tinggi sekali dan tidak bisa dibiarkan," kata Koordinator Koalisi Pejalan Kaki, Alfred Sitorus saat ditemui detikcom di kantornya di bilangan Sarinah, akhir pekan lalu.
Menurutnya, tingginya angka kecelakaan tak terlepas dari perilaku para pemotor yang tidak tertib seperti menyerobot trotoar jalan. Padahal trotoar sudah didesain demi kenyamanan pejalan kaki. "Banyak pengendara yang tidak bertanggung jawab, trotoar dan zebracross pun diserobot," kata dia.
Anthony, Ketua Koalisi Pejalan Kaki, mengatakan pemotor yang menyerobot trotoar sangat mudah ditemukan di wilayah-wilayah yang rentan macet, seperti di dekat lampu lalu lintas. "Di daerah Thamrin sekitar pukul 5-6 sore, ada 9-10 orang per menit yang naik ke trotoar," kata dia dalam kesempatan yang sama.
(brn/brn)