"Status harus ditentukan, kalau dibilang normal tapi berubah radius ancamannya kan sama saja. Menurut saya jika ada ancaman, itu berarti sudah tidak normal," kata Surono di sela-sela seminar Internasional, Informasi Geospasial Tematik Bencana Alam di Hotel Inna Garuda Yogyakarta, Selasa (30/7/2013).
Mbah Rono, panggilan akrab Surono, mencontohkan kalau ada manusia berpakaian, itu adalah hal yang normal. Namun bila orang tersebut tidak memakai pakaian, pasti ada hal-hal yang tidak normal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau normal seharusnya tidak ada apa-apa. Peristiwa kemarin kan freatik, bisa dilihat, berbahaya atau tidak? Kalau berbahaya ya berarti tidak normal. Untung tidak ada yang mendaki, kalau ada yang mendaki kemudian panik dan jatuh," katanya.
Menurut Mbah Rono, dirinya mengaku tidak memiliki wewenang dalam penentuan status Merapi dari normal, waspada hingga ke siaga karena merupakan kewenangan BPPTKG. Wewenang dia hanya dari siaga ke awas.
Menurutnya early warning system (sitem peringatan dini) bukan untuk meramal gunung api akan meletus atau tidak tapi untuk mengurangi risiko. Tetapi untuk menyatakan bahwa ada aktivitas ancaman dan masyarakat untuk sementara tidak boleh berada di sekitar itu.
"Harus diingat alam itu punya hukum tersendiri, tetapi kepastian alam adalah ketidakpastian ilmu pengetahuan dan teknologi," pungkas dia.
(bgs/try)