Farda Nawawi menuturkan keponakannya pergi ke Magelang untuk menagih utang kepada seseorang bernama Novan. Saat itu Yulanda membawa uang Rp 100 juta lebih dari hasil penjualan properti di Solo.
"Dia terima uang cash hasil pembayaran properti, tapi itu kurang untuk bayar cicilan bank sementara kurangannya ada di Novan," kata Farda di rumah duka, Jl Sukun, Semarang, Minggu (28/7/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia biasa pergi tapi dihubungi bisa. Kali ini lain, sehari okelah, tapi dua hari ternyata tidak bisa dihubungi," ujarnya.
Keluarga mulai khawatir terjadi sesuatu terhadap Yulanda. Kemudian Farda mencoba mengirim SMS ke nomor Yulanda. Dalam SMS itu ia mengaku akan mentransfer uang dan menanyakan nomor rekening. Tanpa disangka, ada balasan. Namun bahasa dalam balasan SMS tersebut kacau.
"SMS-nya bukan bahasa keponakan saya. Balasannya seperti ini, coba baca sendiri," kata Farda sambil menunjukkan SMS bertuliskan "Maaf sbr dl ini sy smpek lma bs miker uwk" yang dikirim tanggal 7 Juli pukul 13.26.
Farda meyakini nomor telepon keponakannya saat itu dipakai oleh orang lain. Terlebih lagi sim card keponakannya ternyata ditemukan di dalam handphone milik Muhyaro. Ia juga mengaku Yulanda sempat mengirim email berisi percakapan antara korban dan seseorang yang diduga Muhyaro.
"Dia kirim ke email. Mungkin karena saat tertekan dia berpikiran untuk merekamnya. Akhir-akhir ini baru kami ketahui, kok seperti ini," pungkas Farda tanpa mau menjelaskan lebih rinci terkait isi email itu.
Yulanda Rifan merupakan dosen Arsitek Undip. Yulanda mengajar mata kuliah Konstruksi sejak tahun 2002. Ia juga mengajar mata kuliah Kewirausahaan dengan baik karena menyalurkan pengalamannya sebagai pengusaha properti.
(alg/nrl)