"Istriku mempraktikkan agamanya, begitu juga saya mempraktekkan agama saya. Anak kami akan memutuskan sendiri agamanya ketika dia sudah besar," kata Almir seperti dilansir AFP, Minggu (28/7/2013).
Almir Salihovic memang seorang Muslim Bosnia. Pria ceking berambut coklat ini kini berumur 33 tahun dan masih punya ingatan jelas saat-saat perang Serbia-Bosnia, 18 tahun yang lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Almir merupakan korban selamat dari pembantaian etnis Bosnia itu. Dirinya akhirnya mengungsi dan tumbuh besar di timur laut Kota Tuzla. Dirinya hidup sebagai penggembala hewan ternak. Jika musim semi tiba, Almir pergi mengangon ternak hingga ke pegunungan yang cukup jauh.
Tiga tahun lalu, saat angon ke pegunungan itu, Almir bertemu perempuan pirang yang juga penggembala. Dia lah Dusica Renculic, seorang Kristen Ortodoks dari etnis Serbia. Mereka akhirnya jatuh cinta.
"Kami menghabiskan waktu bersama-sama di ladang. Dan kami memutuskan untuk menikah serta tinggal di Srebenica, tanah kelahiran orang tuaku," tutur Almir.
Meski terkesan spontan, Almir mengutarakan bahwa tak mudah memutuskan untuk menikahi gadis Serbia. Bayangan kelam sejarah kedua etnis selalu menghadang. Namun ada satu alasan kuat yang mendasari kebulatan tekadnya menikahi Dusica.
"Dusica tak bisa disamakan dengan para pembunuh (saat genosida terjadi)," ucapnya.
Dusica sendiri menyatakan tulus mencintai Almir meski orang-orang di tempat tinggalnya masih mencibir hubungan kasih sayang itu. Di Srebenica, pernikahan lintas etnis semacam itu memang masih dipandang aneh dan tak masuk akal. Namun, Menurut Dusica, agama, etnis, dan cinta adalah takdir Tuhan.
"Saya mencintai orang tulus yang kebetulan seorang Muslim. Pertemuan kami adalah takdir," tutur Dusica.
Setahun lalu, pasangan tersebut dikaruniai seorang anak. Jusuf, itulah nama yang diberikan kepada anak laki-laki itu.
Sebelum perang meletus dahulu, sesungguhnya pernikahan campur semacam ini adalah hal yang lazim. Tercatat 100.000 orang hidup sebagai pasangan campuran di Bosnia, atau sekitar 13 % dari penduduk Bosnia kala itu. Namun sekarang, perkawinan campuran hanya tinggal 4 %.
(dnu/nwk)