"Untuk sinkronisasi dengan data autopsi," kata Kepala Labfor Cabang Semarang Kombes Slamet Iswanto di lokasi, Dusun Petung, Desa Ngemplak, Kecamatam Windusari, Magelang, Minggu (28/7/2013).
Petugas hanya membawa 2 kantong sampel tanah. Tanah tempat Yulanda Rifan, dosen Universitas Diponegoro, dikubur tidak ikut diambil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hasil autopsi belum keluar. Kami masih menunggu untuk itu (mengetahui identitas 2 korban pembunuhan)," jelasnya.
Selain mengambil sampel tanah, petugas juga melakukan olah TKP. Tampak beberapa petugas mengukur lubang tempat 2 mayat dikubur.
Tiga mayat ditemukan di kebun milik Muhyaro, Sabtu (27/7) kemarin. Ketiganya diduga kuat dibunuh si empunya kebun. Sebab sebelum tewas terjun ke jurang yang juga mengakibatkan gugurnya perwira Polda Jateng AKP Yahya R Lihu, Kamis (25/7) lalu, Muhyaro mengaku telah membunuh Yulanda.
Muhyaro, warga Dusun Petung, Desa Ngemplak, Kecamatan Windusari, Magelang itu berwajah oval, berambut lurus dan disisir ke samping kanan. Kumisnya tipis dan sedikit memanjang hingga melebihi ukuran bibir.
Oleh warga setempat, Muhyaro bukan siapa-siapa. Sehari-hari ia bertani, menggarap kebun sayur loncangnya. Kebunnya, yang jauh dari permukiman warga itu, berjarak 1 km dari rumah.
Bagi beberapa orang luar daerah, ternyata Muhyaro bukan hanya petani biasa. Ia dianggap sebagai dukun dengan 'spesialisasi' penggandaan uang. Belum jelas bagaimana cara kerjanya, tapi ia sudah berhasil mengelabui beberapa korban.
Berdasarkan informasi yang dihimpun detikcom, Muhyaro pernah berurusan dengan penegak hukum. Ia ditangkap dalam kasus pencurian. "Kejadiannya beberapa tahun lalu," ungkap seorang perwira kepolisian di Polres Magelang.
Meski demikian, aksi kriminal Muhyaro tak berhenti. Diam-diam ia berpraktik sebagai dukun pengganda uang.
Siapa Muhyaro selengkapnya, klik di sini Ini Sosok Muhyaro, 'Jagal' dari Lereng Gunung Sumbing.
(nrl/nrl)