Jika di Indonesia setahun sebelum pemilu, para parpol hingga kandidat anggota legislatif dan DPD mulai menyebar spanduk-spanduk di sudut jalanan kota-kota besar. Tak jarang, sudut jalanan seperti yang terjadi di Jakarta menjadi kumuh.
Bagaimana tidak, spanduk para parpol dan caleg dipasang tanpa ada nilai seni. Hanya kain dengan ukuran 1 x 3 meter disertai ucapan atau jargon-jargon kampanye disertai tali rapiah untuk menempel spanduk tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal serupa tidak terdapat di negara Kamboja. Saat detikcom berkunjung ke Ibu Kota Kamboja, Phnom Penh, Minggu (28/7/2013), bersama Ketua Centrist Asia Pasific Democrats International (CAPDI) Jusuf Kalla beserta delegasi-nya, sudut-sudut kota dan jalur pedestri di sana nampak tidak 'diganggu' dengan kehadiran spanduk parpol.
Di pusat kota, seperti di jalur pedestri, Sungai Mekong, Phnom Penh, Calon kandidat menggunakan papan iklan atau bilboard yang dibaluti frame besi untuk beriklan, dengan ukuran 2x1 meter. Sehingga bilboard-bilboard calon kandidat tidak merusak mata.
Di bagian lain, seperti Wat Botton Park, yang terletak di jantung ibu kota, calon kandidat menggunakan bilboard raksasa. Seperti bilboard iklan pada umumnya.
"Memang ada juga spanduk-spanduk seperti di Jakarta, tapi tidak sebanyak di sini. Di sini memang lebih tertib. Dan minggu tenang di sini, spanduk-spanduk ditertibkan, " ucap JK.
Lalu, kapan Indonesia bisa meniru seperti ini? Setidaknya, iklan parpol dan caleg bukanlah merusak mata, melainkan menyejukkan mata.
(rvk/jor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini