Juru bicara Ikhwanul Muslimin, Gehad El-Haddad mengklaim, aksi penembakan tersebut terjadi ketika salat subuh digelar pada Sabtu (27/7) pagi waktu setempat. Pendukung Morsi kembali menggelar unjuk rasa setelah pengadilan Mesir mengumumkan penahanan Morsi terkait dugaan keterlibatan Hamas dan konspirasi pembunuhan polisi saat revolusi tahun 2011 lalu.
"Mereka menembak bukan untuk melukai, mereka menembak untuk membunuh. Luka tembak yang ditemukan ada di bagian kepala dan dada," tutur Haddad seperti dilansir Reuters, Sabtu (27/7/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Haddad, awalnya polisi hanya menembakkan gas air mata ke arah pendukung Morsi yang berujun rasa di area dekat Rabaa dan 6th October Bridge. Tak diduga, tembakan gas air mata tersebut diselingi dengan tembakan senjata api.
"Di tengah-tengah asap akibat gas air mata, peluru-peluru mulai ditembakkan," terangnya.
Haddad menambahkan, pelaku penembakan merupakan pasukan polisi khusus berseragam hitam. Tidak hanya itu, lanjut Haddad, para penembak jitu juga beraksi dari atap kampus maupun gedung-gedung yang ada di sekitar lokasi kejadian.
Kantor berita setempat, MENA mengutip seorang sumber pejabat keamanan Mesir yang membantah penembakan ini. Menurut pejabat yang enggan disebut namanya tersebut, polisi hanya melepaskan tembakan gas air mata untuk membubarkan demonstran. Menurutnya, sama sekali tidak ada senjata api yang digunakan.
Insiden ini merupakan yang kedua kalinya terjadi di Mesir semenjak penggulingan Morsi pada 3 Juli lalu. Pada 8 Juli lalu, sebanyak 53 pendukung Morsi tewas ditembak militer Mesir secara membabi buta di depan markas Garda Republik.
"Namun yang kali ini lebih brutal karena Garda Republik terlihat tengah melakukan operasi militer taktis. Kali ini tampak seperti agresi brutal," tandas Haddad.
(nvc/gah)