"Qatar mengungkapkan keprihatinan atas perkembangan di Mesir, khususnya dengan meningkatnya jumlah korban warga sipil," ujar seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Qatar seperti dikutip kantor berita pemerintah Qatar, QNA dan dilansir AFP, Rabu (24/7/2013).
Disebutkan bahwa pemerintah Qatar terkejut akan terus berlangsungnya penahanan Morsi, yang mengancam pencapaian yang diperoleh usai revolusi Mesir pada 25 Januari 2011 lalu. Revolusi itu berhasil menumbangkan kekuasaan Hosni Mubarak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun ini tak bisa dicapai tanpa kehadiran salah satu dari pihak-pihak dalam dialog tersebut dan terus berlangsungnya penangkapan simbol-simbolnya," cetus pejabat Qatar tersebut.
Sebelumnya, seruan pembebasan Morsi juga disampaikan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pemerintah Amerika Serikat, Jerman dan Uni Eropa.
"Saat ini yang terpenting adalah Mesir memulai transisi, memungkinkan transfer kekuasaan ke pemerintahan yang dipimpin sipil dan terpilih secara demokratis," demikian pernyataaan para Menteri Luar Negeri Uni Eropa.
Pada 3 Juli lalu, militer Mesir mengumumkan penggulingan Morsi dan mengangkat hakim Mahkamah Konstitusi Tertinggi, Adly Mansour sebagai presiden interim Mesir. Morsi pun diamankan militer dan ditahan di tempat yang tidak disebutkan. Pihak militer berdalih penahanan itu sebagai langkah pencegahan yang dilakukan demi keselamatan Morsi sendiri dan keselamatan bangsa.
(ita/nrl)