Dalam bentrokan di ibukota Sofia tersebut, ribuan demonstran memblokir gedung parlemen Bulgaria pada Selasa, 23 Juli malam waktu setempat. Massa tidak membolehkan para menteri, para anggota parlemen dan pejabat-pejabat lainnya untuk meninggalkan gedung tersebut usai pembahasan revisi anggaran.
Di antara mereka yang tertahan di gedung tersebut adalah tiga menteri kabinet beserta 30 anggota parlemen, para jurnalis dan staf parlemen. Ketegangan meningkat setelah pukul 22.00 waktu setempat ketika polisi mencoba mengevakuasi sebagian dari mereka dengan menggunakan bus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah demonstran melemparkan batu-batu hingga memecahkan beberapa kaca jendela bus. Sementara aparat polisi antihuru-hara mencoba mendesak mundur para demonstran agar bus tersebut bisa lewat.
Polisi pun meminta massa untuk mundur namun para demonstran merespons dengan teriakan-teriakan "tolak kekerasan" dan "para pembunuh". Setelah mencoba beberapa kali untuk meninggalkan lokasi, bus tersebut akhirnya kembali ke gedung parlemen karena terus dihalang-halangi demonstran.
"Untuk pertama kali sejak awal aksi-aksi protes, kita kini menyaksikan ketegangan dan upaya-upaya provokasi. Saya meminta untuk menahan diri dari setiap tindakan yang bisa memicu eskalasi dan mengganggu ketertiban publik," kata Presiden Bulgaria Rosen Plevneliev.
Bulgaria yang merupakan negara anggota termiskin Uni Eropa, tengah menghadapi krisis politik. Aksi demo besar-besaran terus terjadi untuk menentang koalisi pemerintah. Aksi massal ini pecah setelah penunjukan pengusaha media kontroversial, Delyan Peevski sebagai kepala badan keamanan nasional.
Perdana Menteri Plamen Oresharski selaku pemimpin koalisi pemerintah Sosialis, kemudian membatalkan penunjukan tersebut dan meminta maaf. Namun aksi-aksi demo terus berlanjut.
(ita/nrl)