"Sekitar 3 bulan lalu, saya kehilangan BlackBerry. Waktu kejadian itu saya sudah dengar-dengar juga daerah situ agak rawan. Lagi nggak aware dan nggak ngeh," jelas Ageng ketika dihubungi detikcom, Rabu (24/7/2013).
Saat itu, Ageng menaruh BlackBerry miliknya di dompet yang menempel di sabuknya. Saat berjejalan masuk ke dalam gerbong, saat pintu ditutup, Ageng baru sadar risleting dompetnya sudah terbuka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah kejadian itu, Ageng mencari-cari info dan mendapat masukan dari teman-teman yang naik dari Pondok Ranji bahwa memang di stasiun itu ada copetnya. Tukang parkir dan sopir ojek di sekitar Stasiun Pondok Ranji dari hasil kasak-kusuk Ageng, sudah familiar dengan pencopet itu.
"Dan copetnya ya itu-itu saja. Penampilannya sama seperti orang-orang kerja biasa, nggak menyangka," kata Ageng.
Ageng menduga pencopet itu sudah mengincar korban saat menunggu kereta di peron. Kemudian ikut berebut masuk ke dalam gerbong, mengambil barang pada korban yang menjadi target dan keluar sebelum pintu ditutup.
"Pernah juga ketangkap. Mungkin mereka nggak sendirian karena pernah digeledah Marinir nggak dapat apa-apa, nggak ada barang bukti," tutur Ageng.
Pernah juga dia mendengar, pencuri itu tertangkap dan dibawa aparat. Ketika barang yang dicuri sudah kembali, maka kasusnya tidak berlanjut.
"Andaikata mau diproses, butuh waktu ekstra kan, butuh waktu lapor ke polisi, ke pengadilan. Yang punya barang berpikir yang penting barang saya sudah balik," jelas dia.
(nwk/nrl)