Cerita SBY soal Aksi Anarkis Ormas

Cerita SBY soal Aksi Anarkis Ormas

- detikNews
Selasa, 23 Jul 2013 12:46 WIB
Jakarta - Presiden SBY mengungkapkan perbincangan antara seorang pejabat dari Timur Tengah dengan Menteri Agama RI di masa lampau. Pejabat dari Timur Tengah itu menanyakan aksi kekerasan oleh ormas Islam yang kala itu sedang menjadi bahan pemberitaan luas hingga ke luar negeri.

Cerita itu disampaikannya di sela pertemuan dengan Forum Rektor IAIN yang berlangsung di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta, Selasa (23/7/2013). Berikut kutipan dari cerita Presiden SBY kepada para tamunya tentang tanya jawab antara Menag RI dengan pejabat dari Timur Tengah ;

Timteng : Itu apa Pak?
Menag RI : Itu ada elemen yang keras melakukan di Indonesia melakukan tindakan seperti itu.
Timteng : Tujuannya apa?
Menag RI : Barangkali menertibkan.
Timteng : Tidak boleh dengan kekerasan begitu.
Menag RI : (menanggapi dengan tersenyum dan mengangguk)
Timteng : Satu itu merugikan Islam, sebab Islam tidak begitu. Kedua merugikan Arab, sebab mereka pakai baju Arab.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini true story. Menag buka Pak Suryadharma, tapi di waktu lalu," sambung Presiden SBY disambut tawa para rektor IAIN yang hadir dalam acara siang ini.

Dia melanjutkan, sebenarnya dalam berbagai forum internasional Indonesia selalu disebut sebagai model kehidupan bangsa yang mayoritas Islam yang bisa dicontoh oleh negara lain. Hal itu bisa terwujud jika pemerintah dan masyarakatnya pandai menjaga situasi teduh, penuh kerukunan, saling hormati bagi komunitas Islam, dan komunitas religius.

"Kalau ada sesuatu yang menganggu di negeri ini, konflik horisontal, kekerasan-kekerasan yang tidak perlu terjadi, kurangnya toleransi, maka mengurangi apa yang oleh dunia diharapkan kita tampil sebagai teladan, sebagai model kehidupan yang teduh dan baik," sambungnya.

Hubungan diplomatik RI dan pribadinya juga tergolong baik dengan sejumlah pimpinan negara muslim yang oleh pihak tertentu dianggap sebagai tokoh garis keras. Seperti dengan mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Mesir Mohammad Morsi dan Presiden Afghanistan.

"Yang ingin saya sampaikan sebenarnya karena mereka mendengar dan berharap kepada Indonesia. Sehingga di mana pun Presiden RI, bagi mereka bisa berkomunikasi. Ini fakta. Beryukur kita sekaligus jadi tantangan. Bisakah kita menjaga nama baik Indonesia tidak tercoreng oleh satu dan lain hal yang merugikan kita semua," paparnya.

"Oleh karena itu perjuangan kita mari kita bikin umat kita sendiri mengerti betul tentang ajaran Islam dan kemudian menjalankannya dengan benar. Itu mudah. Setelah kita sendiri menjalankan firman Allah, maka kita bisa mengatakan kami mengerti. Ketika mereka yang tidak bergama Islam salah memandang Islam, anda keliru. Jangan Islam phobia, jangan generalisasi, jangan Islam diidentikan dengan terorisme, dengan keras dan lantang kita melakukan itu," tutupnya.

(mpr/lh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads