"Sekitar pukul 04.00 WIB terdengar suara gemuruh dari arah puncak. Saya dan para tetangga lainnya langsung lari keluar rumah dan melihat ke puncak Merapi. Saya lihat ada semburan api di sisi selatan. Kami hanya bisa menyaksikan sebentar karena kemudian puncak (Merapi) tertutup kabut," kata Semi, warga Dukuh Stabelan, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Boyolali, Senin (22/7/2013)
Dia melanjutkan, semburan api memang cuma sebentar dirasakan namun tidak demikian dengan gemuruh dan getaran yang ditimbulkan. Semi mengatakan sebelumnya terdengar suara dentuman disusul oleh suara gemuruh seperti tanah longsor. Suara gemuruh itu didengar cukup keras dan lama. Bahkan kaca jendela rumah warga bergetar keras akibatnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu petugas pos pengamatan Gunung Merapi di Desa Jrakah, Selo, Boyolali, Tri Mujiyanto, mengatakan secara visual petugas pengamatan tidak melihat adanya semburan pijar api, tetapi melihat adanya kepulan asap. Selain itu juga mendengar suara dentuman satu kali yang disusul suara gemuruh sekitar 10 menit pada pukul 04.15 WIB hingga04.25 WIB.
Seperti diberitakan sebelumnya Gunung Merapi menunjukkan aktivitasnya mengeluarkan hujan abu dan pasir yang mengarah ke sisi timur dan selatan. Kawasan lereng itu masuk daerah Klaten dan Sleman. Akibatnya ribuan orang sempat mengungsi untuk menghindari kemungkinan lebih buruk.
"Kami sedang makan sahur ketika mendengar suara gemuruh yang cukup keras dan lama yang kemudian diikuti hujan abu. Kami kemudian memilih untuk mengungsi bersama warga lainnya. Hujan abu baru mulai reda satu jam setelahnya. Setelah benar-benar aman, kami baru pulang ke rumah masing-masing sekitar pukul 06.00 WIB," papar Tulus, warga Kemalang, Klaten.
(mbr/lh)