Hal tersebut dilontarkan seorang anggota parlemen Iran, Mehdi Davatgari seperti dilansir media Press TV, Sabtu (20/7/2013).
"Kemarahan dan kegusaran pejabat-pejabat rezim penjajah al-Quds (Israel) meningkat setelah kemenangan Hassan Rowhani, yang terpilih oleh bangsa Iran, khususnya di masa ketika negara-negara Barat mengupayakan interaksi dan dialog dengan pemerintahan baru Iran," cetus politikus yang merupakan anggota Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya pada 14 Juli lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melontarkan pernyataan keras keras terhadap Rowhani. Dalam wawancara di program televisi CBS News, Netanyahu mengulang tuduhan bahwa Iran tengah berupaya mengembangkan senjata nuklir lewat program nuklir yang dijalankannya.
Dicetuskan Netanyahu, Rowhani akan mencoba untuk "membuat bom". Netanyahu juga mengisyaratkan kemungkinan rezimnya akan menyerang Iran lebih dulu daripada Amerika Serikat guna menyelesaikan isu nuklir Iran.
Rowhani memenangi pemilihan presiden Juni lalu dengan meraih 18.613.329 suara atau 50,7 persen dari total 36.704.156 suara. Presiden terpilih Iran itu berjanji akan mengupayakan "interaksi konstruktif" dengan dunia. Dia akan dilantik pada Agustus mendatang.
(ita/ita)