Saksi Ahli Psikologi Forensik: Unsur Pembunuhan Berencana Tidak Terpenuhi

Sidang Kasus Cebongan

Saksi Ahli Psikologi Forensik: Unsur Pembunuhan Berencana Tidak Terpenuhi

- detikNews
Jumat, 19 Jul 2013 17:45 WIB
Reza Indragiri Amriel (Foto: M Afifi/detikcom)
Bantul - Pakar psikologi forensik Universitas Pancasila Jakarta, Reza Indragiri Amriel hadir sebagai saksi ahli dalam sidang lanjutan perkara penyerangan Lapas Cebongan Sleman. Dalam kesaksiannya, Reza menilai penyerangan itu secara psikologi minim unsur perencanaan.

Reza, peraih gelar master dari Universitas Melbourne Australia ini dihadirkan sebagai saksi meringankan oleh penasihat hukum tiga tersangka Serda Ucok Tigor Simbolon, Serda Sugeng Sumaryanto dan Koptu Kodik. Reza berpendapat ada empat unsur yang harus terpenuhi untuk bisa dikatakan tindakan itu sebuah aksi yang terencana. Keempat unsur itu yakni target, insentif, sumberdaya dan resiko.

"Dalam psikologi forensik, keempat unsur itu harus hadir bersama-sama. Jika satu saja tidak terpenuhi, maka tindakan tidak bisa dikategorikan terencana," kata Reza di Pengadilan Militer II-11 Jl RIngroad Timur Banguntapan Bantul DIY, Jumat (19/7/2013).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peraih master forensik pertama di Indonesia ini menjelaskan, seseorang yang melakukan kejahatan terencana harus benar-benar tahu apa atau siapa targetnya. Selain itu, ia juga harus bertindak efisien untuk segera menyelamatkan diri (tidak mengambil risiko).

"Jika seseorang bisa menghabisi orang hanya dengan satu atau dua peluru tapi dia menembakkan lebih dari itu, jelas tidak memenuhi unsur sumberdaya. Dalam unsur sumberdaya prinsip yang harus terpenuhi adalah efisiensi," tambahnya.

Teori perencanaan yang dikutip alumnus Psikologi UGM ini jika dilihat dari fakta persidangan memang tidak terpenuhi. Saat datang ke Yogyakarta, Serda Ucok Cs awalnya mencari keberadaan Marcel bukan Dicky Cs (target tidak terpenuhi). Sementara saat eksekusi Dicky, di dalam sel ditemukan 31 selongsong peluru (tidak ada unsur efisiensi).

"Jadi tindakan yang demikian menandakan raisonalitas para pelaku tidak berjalan sebagai mana mestinya," ujarnya.

Menurutnya, hilangnya rasional itu disebabkan adanya tekanan psikologi luar biasa yang melatarbelakangi sehingga terjadi sebuah tindakan yang tidak normal.


(try/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads