Para militan Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) menembak Malala di bagian kepala pada Oktober 2012 lalu di kota asalnya di Swat, Pakistan, setelah dia berkampanye soal hak anak-anak perempuan untuk bersekolah. Malala nyaris meninggal akibat tembakan tersebut.
Setelah sembuh, aktivis muda itu bersumpah akan meneruskan perjuangannya untuk pendidikan dan tak akan gentar oleh para militan. Malala pun diundang berpidato di depan negara-negara anggota badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat, 12 Juli lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika kami diserang, itu mengejutkan saya," tulis Rasheed dalam bahasa Inggris. "Saya harap itu tak pernah terjadi dan saya telah menasihati kamu sebelumnya," imbuhnya seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (18/7/2013).
Surat tersebut dikirimkan kepada para reporter di Pakistan. Rasheed menuduh Malala berniat merusak upaya Taliban untuk membangun sistem Islam di Swat.
"Taliban yakin kamu sengaja menulis untuk melawan mereka dan melakukan kampanye fitnah untuk merusak upaya-upaya mereka membangun sistem Islam di Swat dan tulisan-tulisanmu provokatif," cetus Rasheed dalam suratnya.
Menurut Rasheed, Malala berupaya mempromosikan sistem pendidikan yang dimulai oleh kolonialis Inggris untuk menghasilkan orang-orang Asia bercita rasa Inggris. Rasheed pun menasihati agar para pelajar sebaiknya mempelajari Islam dan bukan "kurikulum setan atau sekuler".
"Saya imbau kamu untuk kembali ke rumah, mengikuti budaya Islam dan Pashtun dan masuk ke madrasah Islam khusus perempuan di dekat kota asalmu, mempelajari kitab Allah, gunakan penamu untuk Islam dan penderitaan umat muslim," tulis Rasheed.
(ita/nrl)