Suka Duka Monica di Sekolah Master dan Kini Jadi Wirausahawan Muda

Suka Duka Monica di Sekolah Master dan Kini Jadi Wirausahawan Muda

- detikNews
Kamis, 18 Jul 2013 07:29 WIB
Depok - Sekolah Master atau masjid terminal, Depok, Jabar terancam digusur. Sekolah gratis bagi kaum dhuafa dan anak jalanan ini akan direlokasi dari sekitar kawasan terminal Depok. Padahal sekolah yang berdiri di atas tanah wakaf 6 ribu meter ini, sengaja dibangun di dekat terminal agar mudah menjangkau anak jalanan.

Dibangun sejak tahun 2000, dari cikal bakal sekolah apa adanya di masjid terminal, dengan relawan mahasiswa UI dan pemuda masjid, kini sekolah sudah mempunyai gedung. Dengan bantuan donatur, sekolah ini juga mempunya fasilitas lengkap. Sekolah ini juga sudah menelurkan siswa-siswa mandiri, wirausahawan muda yang dahulu anak jalanan.

Seperti kisah Monica, enam tahun mengecap pendidikan di Sekolah Master, Jalan Margonda Raya, Terminal Depok, Jawa Barat, membuatnya pandai berwirausaha. Lulus dari sekolah tersebut, ia dan teman-teman alumninya memproduksi aksesoris bros.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Monica mendapat biaya membuka wirausaha tersebut dari yayasan Bina Insan Mandiri, yang menaungi sekolahnya. Ia dan teman-temannya pun senang bisa diberi dana untuk mengembangkan bisnis.

"Dibagi rata dananya ke teman-temanku yang lain. Dengan usaha ini, ya ngebantu banget-banget ke orang tua. Daripada nganggur kan di rumah, nggak bikin mumet, jadi saya produksi bros ini saja sama teman alumni yang lain," kisahnya saat ditemui di sekolah master, Rabu (17/7/2013).

Apa yang dialami remaja 19 tahun itu seperti kata pepatah berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Dulu, keluarga Monica mengalami kesulitan ekonomi hingga terpaksa menyekolahkannya di masjid terminal Depok. Kini, ia sudah bisa mandiri dan membantu sedikit ekonomi keluarga terutama adiknya yang masih sekolah.

"Waktu saya kelas 3 SMP, saya udah ngajar disini, ngajar anak SD kelas 1. Setelah itu berhenti ngajar. Kelas 2 SMA balik ngajar lagi untuk anak SD kelas 2. Kelas 3 SMA fokus belajar. Bayaran cuma transport saja sebesar Rp 12.500 per hari," ungkapnya sambil menyapa temannya.

Monica juga berbagi kisahnya saat masih sekolah dulu. Sekolah di masjid ternyata menyimpan banyak duka daripada suka. Apa itu?

"Ada kelas, tapi serba apa saja bisa di situ. Kalo Idul Adha pernah jadi kandang kambing. Kalau hujan tetap sekolah, tapi nggak intens biasanya. Bocor juga," kenangnya saat masih sekolah kelas 1 sampai 3 SMP di tempat tersebut.

"Pas try out UN (Ujian Nasional) sempat hujan, dan sampai dua kali ganti LJK karena air, atap bocor" tambahnya.

Saat di Sekolah Master, pelajaran yang ia dapat pun terbilang loncat-loncat. Terlebih lagi karena sang pengajar yang rata-rata masih berstatus mahasiswa. Monica dan temannya juga sering dipusingkan dengan guru yang suka datang telat.

"Guru-gurunya dulu ada yang cuma berapa bulan ngajar terus keluar, karna nggak kuat ngajar kami yang muridnya ganas-ganas. Anak-anak seperti kami dulu kan yang nggak dapat didikan yang tepat dari segi pergaulan oleh orang tua. Kita dulu kalau belajar biasanya gurunya browsing, terus diprint, nah kita fotokopi deh," aku perempuan berjilbab itu.

Kini, Sekolah Master telah berubah menjadi lebih indah. Ia pun merasa senang dengan kondisi sekolahnya sekarang. Tapi, masih ada hal yang mengganjal di hati Monica.

"Kemauannya anak yang sekarang di sini kurang. Kita dulu sampai belajar sendiri. Sekarang pakaian sudah teratur, dulu mah amburadul. Jadi lebih semangat lagi belajarnya," tuturnya.

Selebihnya, Monica tetap senang telah bersekolah di sekolah master. Jika kangen, ia selalu datang ke sekolah tersebut di sore hari.

"Di sini sudah jadi keluarga kedua saya. Hampir satu hari di sini. Pagi belajar di sini, siang bantuin sablon di sini. Deket sama guru-guru lain, suka curhat," tandas perempuan yang berkeinginan melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi itu.

(ndr/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads