"Kalau saya rasa enggak, bang. Ini kan cuma nempatin segini aja," ujar Andi (26) pada detikcom, Rabu (17/7/2013), di depan kawasan Blok C, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Andi yang berasal dari Padang itu berpendapat kemacetan tetap terjadi walaupun tidak ada PKL di sana. Dia menuding parkiran liar lebih mengambil peran soal kemacetan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang mengaku masih lajang itu menuturkan dirinya telah membayar uang sebesar Rp 15 juta untuk sewa tempat. Uang itu dibayarkan agar dia bisa berdagang selama kurang lebih 8 bulan.
Senada dengan Andi, Willy (37), juga menuturkan hal serupa. Dirinya mengaku sudah bertahun-tahun menempati lapak di bahu jalan tersebut.
"Kalau macet itu bukan gara-gara kita. Tapi itu pedagang yang jalur tengah bikin macet. Dari dulu di sini ya gini-gini aja," terang bapak beranak 4 tersebut.
Willy menilai lapak-lapak di jalur tengah selalu ada menjelang puasa. Dia merasa lapak-lapak itu yang memberi kesan sempit dan sumpek.
"Biasanya itu yang di tengah enggak ada tuh. Pas deket-deket puasa baru mangkal deh," terang Willy.
(dni/gah)