Hal itu disampaikan Anastasia Teoriman, mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara dalam paparan karya tulisnya di Auditorium Pusdiklat Kemlu RI, sebagaimana siaran pers Direktorat Diplomasi Publik Kemlu RI, Selasa (16/7/2013).
"Bukan sesuatu yang rumit dan besar, tapi hal yang sederhana saja. Konflik yang muncul pada dasarnya hanya bermula dari hal kecil berupa prasangka," terang Anastasia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menjadi bagian tugas dari para pemuda saat ini untuk mengembangkan strategi inovatif dalam pelaksanaan dialog antaragama di tataran akar rumput, agar efektif meningkatkan toleransi beragama di masyarakat luas," tegas Anastasia.
Buah pikiran Anastasia ini, yang menelaah dialog lintas agama dari perspektif ilmu psikologi sosial, dituangkan dalam karya tulisnya Opportunities and Challenges for Indonesian Youth in Encouraging Interreligion Dialogues among Grassroots dan meraih gelar Pemenang III dalam Lomba Karya Tulis mengenai Dialog Lintas Agama di Indonesia 2013 (LKT 2013).
LKT 2013 ini diselenggarakan oleh Direktorat Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI bekerjasama dengan Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kementerian Agama RI.
Dialog, Kearifan Lokal
Sementara itu M. Khoirul Anwar KH mengemukakan bahwa kolaborasi antara dialog lintas agama dan kearifan lokal dapat menjadi salah satu langkah konkrit yang brilian dan mutlak harus digalakkan dalam rangka untuk membentuk peradaban Nusantara yang beragam menjadi lebih damai.
Lanjut Khoirul, pemuda sebagai pionir motor penggerak kemajuan berbangsa harus mengambil peran dalam pengembangannya bersama dengan pemerintah, praktisi pendidikan, organisasi masyarakat sipil, media massa.
"Karena pemuda yang akan menentukan ke arah mana pembangunan masyarakat Indonesia dilanjutkan di masa akan datang," demikian Khoirul, mahasiswa Jurusan Pemikiran Islam Fakultas Teologi-Filsafat Institut Studi Islam Fahmina Cirebon dengan karya tulis "Menjemput Peradaban dengan Bekal Perbedaan" ditetapkan sebagai Pemenang II.
Inspirasi dan Soft Power
Pengalaman Indonesia dalam dialog lintas etnik dan agama dapat muncul sebagai inspirasi bagi negara lain dalam mengelola hidup dalam keberagaman.
Pendapat ini disampaikan Anggita Paramesti, mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gajah Mada Yogyakarta dalam karya tulis berjudul "Dialog Lintas Iman: Penjaga Kebhinekaan dan Instrumen Soft Power Indonesia."
Dikatakan, dialog lintas agama sebagai salah satu instrumen soft power dapat digunakan oleh Indonesia tidak hanya untuk meningkatkan kualitas hubungan antar pemeluk agama di dalam negeri, tetapi juga sebagai instrumen soft power diplomacy untuk meraih pengaruh dan kepemimpinan dalam pergaulan masyarakat internasional.
"Manfaat yang didapat Indonesia dari mengembangkan dialog lintas agama ini adalah kepercayaan lebih besar dari negara lain untuk meningkatkan hubungan dengan Indonesia baik dalam skala bilateral, regional maupun multilateral melalui potensi kerjasama di berbagai bidang," pungkas Anggita.
Karya tulis Anggita dari perspektif hubungan internasional ini dinobatkan sebagai Pemenang I LKT 2013.
Selain Anggita, Khoirul dan Anastasia, tujuh finalis LKT 2013 lainnya juga hadir untuk melakukan presentasi, yakni Abdul Azis (UNJ Jakarta), Husnul Aqib (UIN Syahid Jakarta), Mifta Sugesty (Unsyiah Banda Aceh), Rudi Candra (UGM Yogyakarta), Subandri Simbolon (UGM Yogyakarta), Tryles Marianus Neonnub (IPDN Jakarta), dan Zamhari (UIN Suka Jakarta).
Para finalis mempresentasikan karya tulisnya di hadapan dewan juri terdiri dari Johanes Subagia Made serta S. Ari Wardana dari Kemlu RI dan Dr. Ferimeldi dari PKUB Kemenag RI, Selasa (9/7/2013).
Kesadaran Generasi Muda
LKT 2013 ini diselenggarakan sebagai upaya Direktorat Diplik Kemlu dan PKUB Kemenag dalam meningkatkan kesadaran generasi muda mengenai pentingnya toleransi antar umat beragama.
"Salah satunya dengan menggalakkan dialog lintas agama," jelas Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kemlu RI, Duta Besar A. M. Fachir, seusai penjurian.
Di samping itu, imbuh Dirjen, lomba juga dimaksudkan agar dapat ditemukan pemikiran-pemikiran baru yang inovatif, strategis dan kreatif dari para pemuda dalam pelaksanaan dialog lintas agama di tataran akar rumput di masa mendatang.
"Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah Indonesia untuk meluaskan keterlibatan pemangku kepentingan dalam kegiatan dialog antar agama dan antar budaya, khususnya dari kalangan mahasiswa, generasi muda, media serta kelompok masyarakat madani,β terang Dirjen.
Penjurian presentasi finalis LKT 2013 diselenggarakan bersamaan dengan kunjungan delegasi 9 mahasiswa dari American University, Washington D.C (AS), yang dipimpin oleh Prof. Pek Koon Heng selaku Direktur ASEAN Studies Center.
Delegasi dari American University, para finalis LKT 2013, dan mahasiswa dari kelompok Forum Komunikasi Mahasiswa Hubungan Internasional Indonesia (FKMHII) berdiskusi interaktif bersama Dirjen dan berbagi pengalaman mengenai kerukunan umat beragama dan toleransi dalam masyarakat multikutural.
(es/es)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini