Kepala jaksa nasional Hesham Barakat telah menerima testimoni dari sebuah pengadilan di Suez Canal, Ismailia yang menjadi dasar penyelidikan kasus ini. Morsi dan lebih dari 30 pemimpin Ikhwanul Muslimin beramai-ramai kabur dari penjara, ketika revolusi pelengseran Hosni Mubarak terjadi.
Yang menjadi pertanyaan, apakah saat itu Morsi dan koleganya mendapat bantuan dari Hamas? Isu ini telah menjadi perdebatan di kalangan media selama beberapa bulan terakhir. Kelompok oposisi dan pihak kehakiman Mesir menekankan adanya intervensi asing di tanah Mesir, dan hal ini bisa dijerat dakwaan pengkhiatan negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semenjak Morsi digulingkan oleh militer pada 3 Juli lalu, isu ini semakin mencuat. Penyelidikan kasus ini sebenarnya berawal dari persidangan kasus seorang mantan narapidana yang juga kabur dari penjara. Hakim Khaled Mahgoub yang memimpin persidangan, mengkaitkan kasus ini dengan lolosnya Morsi dan petinggi Ikhwanul Muslimin lainnya dari penjara.
Sejumlah pejabat penjara, polisi hingga agen intelijen telah dimintai keterangan secara diam-diam terkait kasus ini. Pada akhirnya, hakim Mahgoub pun menyerahkan keterangan sejumlah pihak yang dia kumpulkan tersebut kepada kantor jaksa pusat dan meminta agar dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
Terhadap isu ini, Hamas yang meru[pakan sekutu dekat Ikhwanul Muslimin ini sebenarnya telah membantah terlibat. Insiden kaburnya Morsi dan koleganya dari penjara Wadi el-Natroun, Kairo ini terjadi pada 29 Januari 2011, atau beberapa minggu sebelum Mubarak lengser.
Pihak Morsi dan Ikhwanul Muslimin juga telah menyampaikan bantahannya. Mereka bersikeras bahwa mereka dibantu oleh warga setempat untuk keluar dari penjara, karena saat itu nyaris seluruh tahanan telah melarikan diri.
Kini, Morsi dan sejumlah petinggi Ikhwanul Muslimin masih dalam penahanan militer Mesir. Tidak disebutkan lokasi pasti penahanan Morsi, hanya disebutkan bahwa presiden terguling tersebut berada di tempat yang aman di salah satu fasilitas Kementerian Pertahanan Mesir.
(nvc/mad)