Myanmar saar ini tengah melakukan reformasi politik menyusul berakhirnya rezim militer sejak dua tahun lalu. Komunitas internasional pun menyambut reformasi tersebut.
"Myanmar saat ini tengah menikmati bulan madu dengan dunia. Satu-satunya masalah adalah bulan madu itu dibangun di atas jasad-jasad warga muslim di negeri itu," cetus Dubes Arab Saudi untuk PBB Abdullah al-Mouallemi seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (11/7/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Myanmar kembali dilanda kekerasan sektarian pada Maret lalu dan menewaskan setidaknya 44 orang, kebanyakan warga muslim. Tahun 2012 lalu, konflik sektarian di negara bagian Rakhine, Myanmar barat merenggut sekitar 200 nyawa dan menyebabkan hingga 140 ribu orang kehilangan tempat tinggak. Para korban sebagian besar warga Rohingya.
Roble Olhaye, Dubes Djibouti untuk PBB sekaligus kepala grup OKI di PBB, menyerukan aksi PBB untuk menghentikan "pembersihan etnis" muslim Rohingya.
"Otoritas Myanmar gagal mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mencegah kekerasan," tutur Olhaye.
"Yang kita butuhkan dari PBB adalah agar suaranya bisa terdengar jelas dan keras, sebagai hati nurani dunia," tegas Olhaye.
Olhaye dan Mouallemi mengatakan, dalam pertemuan itu Sekjen Ban telah berjanji untuk lebih vokal membela muslim Rohingya.
(ita/nrl)