"Bisa saja jaringan teroris masuk ke distribusi itu, karena hotel bintang 5 saja mereka bisa masuk. Jadi kalau dikatakan polisi kemungkinan ini diambil bajing loncat, agak mustahil karena karakternya tidak pernah menjarah truk berkonvoi. Mereka hanya menjarah dari truk yang terjebak macet," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane kepada detikcom, Minggu (30/6/2013).
Neta menambahkan karakter bajing loncat selalu mengincar barang yang mudah dan cepat dijual. Sementara dinamit tanpa alat picu sulit dijual di tempat umum oleh para pelaku bajing loncat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Neta berharap polisi turut memeriksa petugas polisi yang mengawal konvoi truk pembawa bahan peledak tersebut. Hal ini dikarenakan kelalaian menjadi pemicu hilangnya ratusan peledak tersebut.
"Kemudian perusahaan produsen peledak itu juga harus diperiksa, apakah sudah dapat izin resmi pengawalan distribusi. Semua orang yang terlibat pengiriman itu harus diperiksa juga, untuk mencari tahu dimana barang ini hilang. Segera dilakukan, jangan sampai jatuh ke pihak jaringan teroris," tutup Neta.
250 Dinamit ini hilang dalam perjalanan dari Marunda, Jakarta Utara, ke lokasi tambang PT Batu Sarana Persada di Cigudeg, Bogor. Bahan peledak ini dibawa dari gudang PT MNK di Subang dengan menggunakan 4 truk pada Rabu, 26 Juni pukul 14.00 WIB.
Truk kemudian tiba di lokasi perusahaan, pada Kamis (27/6) pukul 04.00 WIB. Hilangnya 250 dinamit ini baru dikeutahui pada Kamis (27/6) pukul 06.00 WIB.
Polda Jawa Barat bersama jajaran Polres Subang dan Bogor dan dibantu Polda Metro Jaya, masih mengusut kasus ini.
(vid/mpr)