Dilansir dari Reuters, pihak keluarga Pocter mengatakan, pemuda yang tercatat sebagai mahasiswa Universitas Kenyon Ohio ini menghabiskan semester musim panasnya untuk belajar di Jordania. Di negeri itu, Pochter menjadi guru bahasa Inggris.
Pihak keluarga menyatakan Pochter merupakan sosok yang sangat menggemari budaya timur tengah. "Dia berencana untuk tinggal dan bekerja di sana guna mendapatkan kedamaian dan pemhamanan," kata seorang anggota keluarga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain Pochter, seorang pria lainnya yang diduga warga setempat juga tewas dalam unjuk rasa yang terjadi di Alexandria. Sedangkan korban tewas ketika berasal dari Port Said. Korban ketiga yang merupakan jurnalis Mesir ini tewas saat bertugas meliput unjuk rasa.
Unjuk rasa ini juga terjadi di wilayah Mesir lainnya, seperti Daqahliya dan Beheira. Dilaporkan sebanyak 130 orang luka-luka dalam unjuk rasa menentang Presiden Mohamed Morsi ini.
Sementara itu, menyusul situasi yang kurang kondusif di Mesir, AS mengeluarkan 'travel warning' bagi setiap warganya. Sementara itu, setiap staf diplomatik AS di Mesir, yang tidak memegang peranan penting diimbau untuk meninggalkan negara tersebut.
Ventrell menuturkan, sejumlah staf diplomatik dan keluarganya mulai berdatangan dari Mesir. Dalam travel warning-nya, AS mengimbau warganya 'untuk menunda kunjungan tidak mendesak ke Mesir pada saat ini merujuk pada terus berlanjutnya kerusuhan politik dan sosial."
"Warga AS diminta untuk tetap waspada terhadap perkembangan keamanan terkini dan memperhatikan keamanan diri sendiri," imbuh Ventrell.
(fjp/fjp)