Hal itu yang dikatakan Ditha, pembaca detikcom yang sehari-harinya menumpang Metro Mini 640 jurusan Pasar Minggu-Tanah Abang dan Kopaja 19 jurusan Ragunan-Tanah Abang.
"Metromini atau Kopaja penuh sesak sampai gelantungan juga sering ngalamin, bahkan nyerobot jalur busway. Ngerem ajrut-ajrutan dan bikin sport jantung, kalau nyerempet orang malah mereka yang sewot, marah. Kalau dioper-oper juga udah sering ngalamin," tulis Ditha dalam emailnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kadang Ditha mendapati bus yang bocor kala hujan plus dashboard di depan sopir yang kosong, hingga dipaksa jalan meski bannya kempis.
"Pernah suatu ketika pedagang asongan di pinggir jalan teriak-teriak, tahunya solarnya tumpah berceceran, bannya kempis satu dipaksa jalan," jelas Ditha.
Kendati kondisinya parah, Ditha tak punya pilihan lain. Dia berharap kondisi angkutan umum ini diperbaiki.
"Semoga Pak Jokowi bisa buat ini angkutan lebih beradab. Mau gimana lagi, pilihan praktis, cepat, murah meriah," tutur Ditha.
Metro Mini atau Kopaja yang sering mogok diakui Eka, mahasiswa di Jakarta Selatan yang kesehariannya naik Kopaja 605 jurusan Blok M-Kampung Rambutan.
"Sering, terakhir kemaren tuh mogok di Antasari. Ya dioper ke bus di belakangnya. Sering kaya gitu mah, udah biasa," imbuh dia.
Karena hal-hal di atas pula yang membuat Muslimah (43) ogah naik Metro Mini atau Kopaja. Muslimah lebih memilih bus Patas AC.
"Nggak enak, panas, udah gitu dempet-dempetan. Kan sopirnya suka tuh udah penuh masih aja ditambahin, sampai berdiri-berdiri. Takut kecopetan saya juga," kata perempuan yang selalu menutup hidung pakai sapu tangan kalau ada bus yang lewat ini ketika ditemui di Blok M, Kamis (20/6/2013).
Muslimah setuju bila ada peremajaan Metro Mini dan Kopaja menjadi bus AC. "Biar kata lebih mahal juga kan yang penting lebih nyaman, nggak panas, nggak umpel-umpelan, paling kalau AC kan yang berdiri cuma dikit ya, kaya Kopaja yang ke ragunan itu," tutur Muslimah.
(nwk/ahy)