Bantuan khusus ini berupa dana dan diumumkan langsung Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong. Dalam konferensi pers, seperti dilansir Straits Times, Kamis (20/6/2013), PM Lee membeberkan program yang dijalankan oleh Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) ini.
Dalam program khusus ini, setiap warga yang mengalami gangguan pernafasan atau konjungtivitis (peradangan selaput lendir pada kelopak mata) bisa menemui praktisi medis atau dokter setempat, kemudian membayar SG$ 10 (Rp 77 ribu) dan biarkan MOH membayar biaya pengobatan sisanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kabut asap yang menyelimuti wilayah Singapura berdampak pada meningkatnya jumlah pasien di sejumlah rumah sakit. Salah satunya Khoo Teck Puat Hospital (KTPH) yang melaporkan adanya penambahan pasien sebanyak 30 persen, terutama yang mengalami asma dan gangguan pernafasan.
Kemudian Changi General Hospital, yang juga melaporkan peningkatan jumlah pasien. Bahkan ada sekitar 4 pasien yang mengalami gangguan pernafasan cukup parah dari pasien lainnya.
Pada Kamis (20/6) siang, level Pollutant Standards Index (PSI) di Singapura mencapai level 371, yang merupakan level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Badan Lingkungan Nasional (NEA) mencatat, level PSI 371 ini terjadi sejak pukul 13.00 waktu setempat. Meski pada pukul 14.00 waktu setempat, level PSI dilaporkan mengalami penurunan.
NEA memprediksikan, polusi asap ini akan terus menyelimut wilayah Singapura selama beberapa hari ke depan. Terutama karena kondisi cuaca yang cenderung kering dan keberadaan angin yang berhembus ke wilayah Singapura.
Terakhir kali, level polusi udara di Singapura mencapai level tertinggi pada September 1997 lalu, dengan level PSI pada angka 226 atau berarti 'sangat tidak sehat'. Level PSI di atas 300 mengindikasikan kualitas udara yang 'berbahaya' bagi manusia. Sedangkan level PSI antara 201-300 mengindikasikan kualitas udara yang 'sangat tidak sehat' bagi manusia.
(nvc/nwk)