Menurut pengurus RT setempat, Sudarto (45) longsor terjadi sekitar pukul 23.00 hari Rabu (19/6) kemarin ketika hujan mengguyur kota Semarang. Ia mendengar suara gemuruh yang cukup keras tidak jauh dari rumahnya.
"Pas hujan tidak banyak warga yang keluar, tapi beberapa saat kemudian ada yang mengetuk tiang listrik membunyikan tanda. Ternyata ada longsor," kata Sudarto di Taman Srinindito 5 Karang Jangkang, Semarang, Kamis (20/6/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kamar belakang hancur. Di sana, ada pak Sudarmaji dan Angga," pungkasnya.
Warga yang berusaha melakukan evakuasi menemukan Angga yang juga tertimbun material bangunan dan tanah di sebelah ayahnya. Melihat ada korban, warga memutuskan untuk memanggil tim SAR untuk melanjutkan evakuasi.
"Sebelum tim SAR datang, ada dari Polrestabes Semarang membantu. Baru bisa dievakuasi semuanya sekitar 02.00 dini hari. Kondisi cuacanya masih gerimis," ujar Sudarto.
Sudarmaji yang menderita patah tulang dan jenazah anaknya langsung dievakuasi ke RSUP Kariadi Semarang. Sementara istrinya, Maria Riawati (43) dan anak keduanya, Sungging (11) selamat karena saat kejadian mereka berada di ruang depan menonton televisi.
"Pak Sudarmaji dan Angga tidur di kamar belakang. Bu Maria dan Sungging nonton TV," tandasnya.
Warga lainnya, Sadikun (47) menambahkan, longsor yang menyebabkan rumah Sudarmaji hancur tidak hanya membawa tanah namun juga pepohonan yang cukup besar sehingga sedikit menghambat proses evakuasi.
"Warga membantu memotong pohon-pohon yang ikut longsor. Tim SAR evakuasi korban," katanya.
Peritiwa longsor itu sudah kedua kalinya terjadi di kampung Taman Srinindito sejak tahun 2005 lalu. Saat ini wajar jika penghuni 37 rumah di bawah tebing dan 15 rumah di atas tebing merasa was-was jika hujan yang cukup deras kembali mengguyur daerahnya.
"Kami sering sosialisasi, jika hujan turun lebih baik jang di belakang rumah. Tapi kami tidak akan pindah karena inilah satu-satunya tempat tinggal kami," pungkas Sudarto.
(alg/try)