Hari Pengungsi Sedunia jatuh pada tanggal 20 Juni setiap tahunnya. Di Australia tahun ini, hari internasional itu jatuh di tengah Minggu Pengungsi, yang merayakan kontribusi para pengungsi di komunitas. Minggu Pengungsi juga mengangkat isu-isu penting yang berhubungan dengan pengungsi dan keimigrasian.
Menurut Departemen Imigrasi dan Kewarganegaraan Australia, ada sekitar 30 ribu dari 220 ribu warga Geelong yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris. Dan lebih dari 1.500 pengungsi telah menempati kota Geelong, kebanyakan datang dari Myanmar, Afghanistan, Sudan dan Kongo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengalaman pengungsi yang menetap di Geelong
Anisa Atef dari Afghanistan tiba di Australia pada tahun 1986. Ia sempat mengungsi di Pakistan dengan bantuan PBB."Kami berjalan kaki melewati beberapa kampung di Afganistan, perjalanan yang kami tempuh medannya sangat tangguh melewati hutan dan padang gurun," kata Anisa. ;
Ia merasa pengalamannya sangat berbeda dengan para pengungsi Afghanistan sekarang karena ia tidak pernah ditahan di pusat detensi atau kamp pengungsi. Ketika Anisa tiba, belum ada komunitas pengungsi Afghanistan di kota Geelong, tapi sekarang para pengungsi lama berkumpul untuk membantu mereka yang baru tiba. Harapannya adalah bagi para pengungsi di pusat detensi untuk dibebaskan.
Lain kisahnya dengan Jean Pierre Byamungu dari Kongo, yang sempat tinggal di kamp pengungsi di Malawi. Ia mengatakan kehidupannya jauh lebih baik di Australia.
"Kehidupan saya disini sangat baik karena anak-anak saya bahagia. Saya rasa masa depan saya sangat baik karena anak-anak akan mendapatkan pendidikan yang baik," pungkasnya.
Atim Tabitha dari Sudan Selatan jatuh cinta dengan seorang misionaris Australia dan menikahinya ketika ia berada di kamp pengungsi. Walaupun Tabitha tiba di Australia sebagai seorang migran dan bukan pengungsi, ia mengatakan kehidupannya sebagai pengungsi sangat susah.
"Kami lari dari Sudan ke Uganda. Mereka datang dan membunuh 140 pengungsi Sudan di Uganda. Kami lalu lari ke kamp lainnya. Kehidupan seorang pengungsi sangat sulit." ;
Tapi beberapa pengungsi di kota Geelong melewati proses penyesuaian yang sulit.
Maw Poad adalah seorang kaum minoritas Karen di Myanmar, dan ia datang ke Australia pada tahun 2009. Ia merasa kehidupannya di Australia sangat sulit karena keterbahasan bahasa membuatnya susah mendapatkan pekerjaan. ;
(nwk/nwk)