"Punya karakater kuat, darah Bung karno kentara mengalir di dia (Prananda), tentu turut mewarnai jati dirinya," kata Ketua DPP PDIP Effendi Simbolon kepada detikcom di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (19/6/2013).
Di internal PDIP, Prananda yang anak kedua Megawati dari suami pertama, almarhum Lettu Penerbang Surindro Supjarso ini lebih dikenal sebagai 'man behind the door'. Dia saat ini menjabat ketua Situation Room, ruang kendali dan analisa situasi di PDIP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut wawancara lengkap reporter detikcom dengan Effendi Simbolon, terkait posisi dan masa depan politik Prananda Prabowo dan Puan Maharani:
Seperti apa Prananda di mata kader PDIP seperti Anda?
Punya karakater kuat, darah Bung karno kentara mengalir di dia, tentu turut mewarnai jati dirinya
Apakah dia aktif di PDIP?
Dia aktif, dilibatkan secara aktif oleh Ibu Mega, sesekali, walaupun dia bukan DPP, tapi diikutsertakan dalam rapat DPP
Dia nggak nyaleg? Kenapa?
Nggak nyaleg, saya nggak ngerti alasannya
Bagaimana hubungan Prananda dengan Puan Maharani adiknya yang juga petinggi PDIP?
Baik, mereka akrab, tiga bersaudara saling menghormati,
Lantas bagaimana hubungan mereka di partai?
Ya mereka sesama kader saling bantu, sama-sama bantu Ibu, mereka sudah bantu Ibu, mereka sadar sudah menjadi harapan untuk menjadi pemimpin dan mereka sudah dewasa.
Ada perlakuan berbeda dari Megawati?
Tiga-tiganya diberi ruang untuk bergerak, bahwa Mbak Puan lebih menonjol, Mbak Puan...ya itu sebuah panggilan, generasi berikutnya kan kan tidak serta merta mewarisi generasi sebelumnya bisa juga generasi berikutnya tidak. Anak jenderal, belum tentu jadi jenderal. Jadi memang ada juga yang memang mewarisi secara politik.
Dan kita setiap hari ikutin langkah Bu Mega, ya kita tahu lah gerak-geriknya. Perlakuan istimewa tidak hanya kepada anaknya. Sama dengan semua kader.
Kalau hubungan Bu Mega dengan Jokowi?
Sepertinya makin akrab. Kita tidak melihat adanya previlege. Sama untuk semua kader.
Tapi kalau ibu punya cara pandang lain, kita nggak tahu. Tapi apa pun semuanya berpulang ke garis tangan, kita kan nggak tahu ujungnya bagaimana kehidupan kita.
(van/nrl)