Wakil Perdana Menteri (PM) Turki Bulent Arinc telah meminta maaf atas penggunaan kekerasan terhadap para demonstran.
"Kekerasan berlebihan yang digunakan terhadap mereka yang bertindak sesuai keadaan adalah keliru dan tak adil. Saya meminta maaf kepada warga negara tersebut," kata Arinc dalam konferensi pers di Angkara pada Selasa, 4 Juni waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, aksi-aksi demo tersebut telah dimanfaatkan oleh "unsur-unsur teroris".
Namun permintaan maaf itu tak digubris para demonstran yang terus melakukan aksi demo mereka. Di Istanbul misalnya, para demonstran kembali membanjiri Lapangan Taksim dan meneriakkan seruan mundur bagi PM Recep Tayyip Erdogan.
Organisasi Serikat Konfederasi Pekerja Publik Turki, KESK pun turut menggelar aksi mogok kerja selama dua hari sebagai wujud solidaritas untuk para demonstran. Kelompok yang mewakili sekitar 240 ribu karyawan tersebut juga menolak permintaan maaf pemerintah.
"Permintaan maaf itu cuma untuk mengendalikan situasi dan hanya karena mereka tahu bahwa mereka terdesak," cetus juru bicara KESK, Baki Cinar.
Sejak Jumat, 31 Mei lalu, ratusan ribu demonstran antipemerintah telah menggelar aksi unjuk rasa di Istanbul, Ankara, Izmir, Mugla, Antalya dan banyak kota lainnya. Para demonstran memprotes langkah Islamisasi yang dilakukan PM Erdogan. Sebagian demonstran khawatir Turki akan kembali menjadi negara Islam karena baru-baru ini pemerintahnya membatasi penjualan minuman beralkohol.
Para demonstran umumnya kaum muda-mudi dan berasal dari warga kelas menengah perkotaan. PM Erdogan telah menyebut para pengunjuk rasa tidak demokratis dan terinspirasi oleh partai-partai oposisi.
(ita/nrl)