Tim Samaras, Pengejar Tornado yang Pergi dalam Dekapan Puting Beliung

Tim Samaras, Pengejar Tornado yang Pergi dalam Dekapan Puting Beliung

- detikNews
Rabu, 05 Jun 2013 10:06 WIB
(Facbook Tim Samaras)
Jakarta - Setelah mengejar dan meneliti tornado selama lebih dari 30 tahun, Tim Samaras (55), akhirnya harus menyerah. Samaras pergi dalam dekapan sang puting beliung yang menjadi obyek penelitiannya.

"Storms now initiating south of Watonga along triple point. Dangerous day ahead for OK--stay weather savvy!" demikian cuitan terakhir @Tim_Samaras pada Jumat, 31 Mei 2013 lalu yang memberitahukan potensi tornado di kawasan Oklahoma beberapa hari ke depan dan meminta warga melek informasi cuaca.

Bila warga lain harus mengevakuasi diri dan menjauhi tornado, Samaras malah mengejar dan menelitinya. Sebagai insinyur, Samaras meneliti optik, instrument foto berkecepatan tinggi, materi energi hingga cuaca dengan berfokus pada pengukuran gerak dinamis tornado.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai peneliti Samaras sudah memiliki 2 paten, yakni sistem pencitraan suhu untuk mesin dengan pembakaran internal dan alat pengukur kecepatan angin 3 dimensi, demikian seperti dilansir dari situs twistex.org. Twistex sendiri adalah Tornado Weather Instrumental Sampling for Tornadoes EXperiment, lembaga penelitian nirlaba yang didirikan Samaras khusus untuk meneliti tornado.

Dalam bekerja, Samaras menggunakan mobil yang sudah dimodifikasi dan ditambahi alat-alat pengukur cuaca. Samaras mengukur tekanan, suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin dan merekam visualisasi dampak dari angin tornado itu.

Samaras bukan tidak menyadari risiko mengejar tornado itu, dia memastikan mengutamakan keselamatan dalam setiap aksinya mengejar tornado. Hal itu diungkapkan Samaras saat diwawancara CNN tahun 2004 lalu.

"Tentu saja saya sangat memperhatikan keselamatan saat saya harus fokus pada tornado itu. Anda hanya memiliki 1 kesempatan saat itu dan harus dilakukan," tuturnya saat diwawancara host CNN, Soledad O'Brien.

Dalam salah satu twitnya, Samaras mengatakan bahwa dia sangat mencintai pekerjaannya meneliti tornado itu.

"Off to KS to chase lightning--with tornadoes on the side...gawd I love my job.." demikian tulis Samaras pada 26 Mei 2013 lalu, yang berarti dia sangat mencintai pekerjaan mengejar kilat dengan tornado di sampingnya.

Risetnya mengejar tornado ini telah dipublikasikan dalam saluran ilmiah National Geographic, hingga dibuatkan serial ilmiah 'Storm Chaser' di Discovery Channel. Bahkan sebelum mengejar Tornado di Oklahoma, selain mencuit, Samaras sempat diwawancarai saluran TV MSNBC dan mengingatkan tornado yang sangat berbahaya dan tak biasa dengan jalur baru.

Malamnya setelah memposting cuitan mengenai bahayanya tornado di Oklahoma, Samaras ditemukan meninggal dalam mobilnya, masih terikat sabuk pengaman. Samaras tak sendiri, putranya Paul Samaras (24) dan rekannya Carl Young (45) ditemukan terlempar ke luar mobil juga dalam kondisi tak bernyawa dalam jarak setengah mil atau 800 meter dari mobil. Mereka pun pergi bersama dekapan angin.




(nwk/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads