Ganjar Pranowo: Mbak Mega Sedang Transformasi Kepemimpinan

Ganjar Pranowo: Mbak Mega Sedang Transformasi Kepemimpinan

- detikNews
Selasa, 04 Jun 2013 10:04 WIB
Jakarta - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan membuat kejutan dalam pemilihan Gubernur Jawa Tengah. Bukannya mengusung Wakil Gubernur Rustriningsih, kader partai yang dianggap potensial di daerah, partai ini malah menyodorkan Ganjar Pranowo, anggota Komisi Pemerintahan Dewan Perwakilan Rakyat dari PDI Perjuangan. Diusungnya Ganjar sebagai calon gubernur sempat diragukan.

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dinilai tengah “berjudi” dengan keputusannya mencalonkan Ganjar. Pasalnya, Rustriningsih disebut memiliki kans lebih besar untuk terpilih. Bekas Bupati Kebumen itu sudah punya basis massa Partai Banteng Moncong Putih yang loyal di Jawa Tengah.

Tapi kenyataan berkata lain. Dari hasil hitung cepat pilkada Jawa Tengah pada 26 Mei lalu, pilihan Megawati tidak keliru. Perolehan suara Ganjar, yang berpasangan dengan Heru Sudjatmoko, hampir menyentuh 50 persen, menang telak atas calon gubernur petahana Bibit Waluyo, yang sebelumnya lebih diunggulkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Satu minggu terakhir suara dukungan seperti tsunami,” ujar Ganjar saat ditemui di Hotel Aryaduta, Jakarta, Rabu pekan lalu. Bagaimana rahasia sukses Ganjar memenangi pilkada Jawa Tengah? Berikut ini penuturannya kepada Pasti Liberti dari Harian Detik.

Anda sebelumnya tak diunggulkan ketika ditetapkan oleh PDI Perjuangan sebagai calon Gubernur Jawa Tengah berpasangan dengan Heru Sudjatmoko. Tapi, dari semua hasil hitung cepat, Anda menang. Ada strategi khusus?

Waktu saya baru diumumkan sebagai calon gubernur oleh partai, survei menempatkan saya berada di posisi 8 persen. Tapi kan kami tidak diam. Ketika keluar keputusan KPUD bahwa ada tiga pasang calon, pada saat itu sebenarnya sudah terjadi framing.

Orang di luar tidak tahu bagaimana strategi pertempuran dibuat. Itulah kenapa Mbak Puan (Puan Maharani) ditunjuk sebagai ketua tim sukses. Kami menyebutnya Panglima Tempur. Beliau membuat strategi di luar dugaan banyak orang dan itu dahsyat.

Mbak Puan langsung mengumpulkan eksekutif PDI Perjuangan sebanyak 17 bupati dan wali kota. Dia bicara target. Kedua, Mbak Puan berkeliling hampir di seluruh kabupaten. Dikelompokkan dalam enam eks karesidenan. Mbak Puan punya enam wakil komandan tempur.

Kemudian Mbak Mega (Megawati Soekarnoputri) melakukan briefing kepada kami semua dan mengatakan bahwa komandan tempurnya adalah Puan. “Puan itu anak perempuan saya tunggal. Tapi, kalau sampai kalah, tak sembelih.” Mbak Mega mengancam Puan meskipun dengan bercanda, tapi ini dimaknai serius.

Mbak Puan pun sempat mengeluh, “Bagaimana ini, Mas Ganjar, saya harus keliling.” Saya bilang, “Sudah, Mbak, all out saja.” Dan, betul, Mbak Puan all out luar biasa. Ini yang publik tidak banyak tahu. Dia datangi satu per satu eks karesidenan. Dia pantau satu per satu. Tiap Selasa rapat di DPD.

Hampir seluruh treatment diterapkan di enam eks karesidenan. Wakil Komandan Tempur juga dibantu calon-calon legislator. Merekalah yang kemudian diukur, digarap daerahnya. Jadi kami punya ukuran tiap daerah dari 35 kabupaten/kota, ada yang kuat, sedang, dan lemah.

Yang kurang ini kami prioritaskan. Umpamanya di wilayah Pantura timur. Langsung kami kasih treatment yang Mbak Puan turun langsung. Habis itu kami ukur dengan survei. Kami punya survei mingguan, tapi tidak pernah dipublikasikan. Jadi kami tahu persis pergerakan suara seperti apa. Daerah mana yang berjalan suaranya, simultan naik secara positif.

Mulai kapan naik secara signifikan?

Sebenarnya mulai masuk masa kampanye dan debat pertama. Saya merasakan ada dongkrakan suara cukup tinggi. Publik Jawa Tengah itu rupanya pintar menilai, dalam arti sudah bisa membuat penilaian bagus atau tidak. Kalau tidak salah, dari tiga pasang calon ini, yang menyelenggarakan kampanye terbuka dan dihadiri banyak orang itu cuma kami.

Mesin partai berjalan dengan baik?

Ketika publik mengatakan mesin partai tidak berjalan, pemilihan Gubernur Jawa Tengah menunjukkan efektivitas mesin partai, tapi itu juga bergantung pada kedinginan tangan pemimpin dan Mbak Puan punya itu. Satu orang melihat ini orang pusat. Apa pun, dia cucu Bung Karno dan membikin orang Jawa Tengah semangat.

Dinginnya tangan mengelola kampanye Komandan Tempur ini, semangat. Ketika dulu ada pernyataan kami akan patahkan mitos Jawa Tengah adalah kandang banteng, sekarang jawaban saya Jawa Tengah sungguh-sungguh kandang banteng dan bukan hanya mitos.

Kemenangan ini bukan karena Anda figur orang muda, sementara masyarakat bosan dengan figur incumbent?

Kami blending. Struktur partai berjalan, manajemen baik, personal branding, dan pengelolaan sukarelawan. Ini yang mempengaruhi kemenangan. Saya salah satu faktor saja. Wong sebenarnya saya rendah kok popularitasnya.

Sukarelawan ini memang dibentuk khusus?

Sukarelawan tidak bisa dijadikan satu. Ormas ini mau dengan caranya sendiri, anak muda, seniman, budayawan, masing-masing diperlakukan dengan berbeda. Ada yang namanya (memberi slogan) Garu: Ganjar-Heru. Ada yang namanya Garuda: Ganjar-Heru dadi (Ganjar-Heru jadi).

Di Banyumas ada Ganjar-Heru Mas. Mereka suka-suka kasih nama. Ada yang nyebut Resus: Relawan Khusus. Ada yang datang dari Jakarta, Yogya. Itu yang mendorong satu minggu terakhir suara dukungan seperti tsunami.

Jadi semua turun. Gotong-royongnya terasa sekali. Mereka tahu Ganjar enggak punya duit.

Berapa dana yang dihabiskan?

Kalau dari saya sendiri tidak banyak. Dana kampanye kemarin kami hitung sekitar Rp 10 miliar. Itu hasil gotong-royong banyak orang. Tapi ada juga yang datang kepada kami minta duit Rp 300 juta untuk balas jasa dukungan. Kami bilang, ya, terima kasih, ke Ganjar jangan minta duit.

PDIP sempat dikabarkan tidak solid ketika Rustriningsih dengan terbuka menyatakan kecewa karena tak dicalonkan. Anda pun beberapa kali ditolak oleh Rustriningsih. Ceritanya bagaimana?

Saya secara pribadi tidak ada masalah dengan Mbak Rustri. Karena itu, saya selalu ajak dia berkomunikasi. Sampai saya kirim orang. Tapi memang tak pernah tertanggapi. Baru kemarin saya ketemu di kediaman Pak Bibit. Saya bisa mengerti kekecewaan beliau, tapi beliau berbeda dengan saya.

Kalau tidak diperintah partai, saya tidak akan maju. Buat saya, masuk partai itu penugasan. Kalau tidak ditugaskan, ya sudah. Lalu kemudian kita dengar kelompoknya dukung nomor satu. Berapa hari kemudian dukung nomor dua dengan nonton wayang bersama.

Di sisi lain, kami dengar rombongannya diminta golput. Jadi sebenarnya mereka bingung. Dalam posisi seperti itu, saya ambil kesempatan. Saya kirim tim saya untuk ketemu beberapa pentolan pendukung Mbak Rustri.

Akhirnya, empat hari menjelang pencoblosan, pentolannya mendukung saya. Dua hari sebelum pencoblosan kemudian ketemu saya. Itu dedengkotnya.

Tapi di Kebumen Anda kalah?

Ya, kami memang kalah tipis. Jelas ada pengaruh sikap Mbak Rustri. Tak bisa kami mungkiri itu. Karena DPC memang enggak solid dukung kami. Cilacap juga sama. Tapi kemudian digempur sama Mbak Mega di kampanye terakhir.

Ini menyelamatkan suara akhirnya. Karena kami mendengar ada perintah seperti itu, sudah diperintahkan, tapi struktur partainya pasif mendukung kami.

Selama kampanye, mengapa Anda tidak mengenakan pakaian merah?

Kami foto pertama pakai baju merah. Tapi saya mendapat kritik. Publik mengatakan saya mau dukung, tapi kok merah, ya? Kami kan bukan PDIP. Lalu ada yang mengusulkan kotak-kotak, batik, lalu saya pikir kenapa tidak putih? Putih kan netral. Biar menjadi cerminan banyak kelompok.

Begitu saya menang, saya konferensi pers dengan pakai merah. Saya mau tunjukkan bahwa Jawa Tengah adalah kandang banteng, dan bukan mitos.

Begitu resmi menjabat Agustus nanti, apa yang pertama kali akan Anda kerjakan?

Saya tidak pernah berpikir instan. Problemnya adalah kemiskinan, pengangguran, infrastruktur, pendidikan, kesehatan. Maka prioritas pertama, saya mau otak-atik mengubah postur APBD. Karena posturnya tidak support Jawa Tengah untuk berlari kencang. Belanja rutinnya kebanyakan. Belanja modal dan infrastruktur kurang. Kalau terlalu kecil, tidak bangun-bangun.

Jadi mau diubah agar jelas politik anggarannya berpihak pada siapa. Makanya saya bilang harus menata birokrasi. Tapi menata birokrasi kita tidak mungkin PHK. Jadi harus melalui reformasi dengan optimalisasi. Saya tahu ini sulit. Kemudian inefisiensi penggunaan anggaran. Potong pemborosan, masukkan pada belanja modal.

PDIP percaya diri mengusung kader muda di beberapa pilkada. Strategi apa yang disiapkan Mbak Mega?

Saya merasa Mbak Mega sedang melakukan transformasi kepemimpinan dengan menebar benih-benih kader di beberapa pilkada. Sekaligus menguji. Kalau hasilnya bagus, inilah kaderisasi yang dibangun PDIP.

Bayangkan saja kita bicara bukan untuk hari ini, tapi Indonesia ke depan. Jadi kita harus menciptakan kader. Jadi, kalau nanti kita mencari level pimpinan kelas nasional, kita sudah punya stok kader yang sudah teruji.

Meskipun gagal di Sumatera Utara dan Jawa Barat?

Orang kan hanya melihat kegagalan di Jawa Barat dan Sumatera Utara. Tapi kami juga berhasil di Kalimantan Barat, yang berbarengan dengan DKI Jakarta. Orang juga hanya bicara kemenangan Ganjar di Jawa Tengah. Tapi sebenarnya kami juga menang di pilkada Kudus dan Temanggung. Ini disapu bersih oleh PDIP.

Jadi success story kami banyak. Namun di Bali kami memang masih terus berjuang. Keputusannya sekarang dimenangi incumbent dengan tipis. Karena tipis mungkin akan ada klarifikasi. Memang di beberapa basis ada kejadian luar biasa. Misalnya mengapa ada 9.000 polisi yang diterjunkan di Kabupaten Buleleng. Ini kayaknya ada sesuatu.

Dari kader yang disiapkan Mbak Mega, yang paling menonjol adalah Jokowi, yang berhasil menempati posisi puncak di beberapa survei calon presiden. Seberapa besar kemungkinan Jokowi diusung dalam pemilihan presiden 2014?

Itu alamiah. Kita tunggu saja waktunya, dengan realitas politik seperti itu, partai tentunya akan melihat kader mana yang layak untuk menjadi calon presiden. Ini akan berkait juga dengan berapa suara partai nantinya.

Kalau mengusung Puan?

Semua punya kesempatan sama. Nanti akan dipengaruhi beberapa syarat, kayak berapa suara kita nanti di pemilu legislatif. Dan yang punya kans untuk maju tidak semata-mata yang punya suara terbanyak saja. Contohnya, saya dalam survei saya kalah dengan Mbak Rustri pada awalnya.

Tapi mengapa partai mengajukan saya? Ya, tentunya melalui pertimbangan personal brand, pengalaman, dan dukungan partai. Semua kemungkinan dikalkulasi. Jadi tidak ada jaminan.

(pal/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads