Pria Libanon bernama Sami Samir Hassoun tersebut merupakan penduduk legal AS saat dirinya ditangkap pada tahun 2010.
"Pikiran tentang apa yang bakal terjadi jika plot itu nyata adalah mengerikan," kata Hakim Distrik AS Robert Gettleman saat membacakan putusan tersebut dalam persidangan yang digelar pada Kamis, 30 Mei waktu setempat, seperti dilansir AFP, Jumat (31/5/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemuda berumur 25 tahun itu mengakui bahwa dirinya mengatakan pada seorang sumber FBI bahwa dia berniat "melumpuhkan" bisnis Chicago.
Sumber FBI tersebut adalah seorang agen FBI yang menyamar sebagai teroris, yang setuju untuk membantu dia melakukan plot untuk "revolusi." Hassoun diperkenalkan ke agen FBI yang menyamar tersebut oleh seorang informan.
Setelah berminggu-minggu melakukan pengintaian dan pembahasan target potensial, agen FBI tersebut memberikan tas ransel kepada Hassoun. Agen FBI itu menyatakan, tas tersebut berisi bahan peledak yang cukup kuat untuk menghancurkan separuh blok di Chicago.
Hassoun pun mengaktifkan timer di bom palsu tersebut. Dia kemudian menjatuhkan tas ransel itu di kotak sampah ketika bar-bar di sekitarnya dipenuhi oleh para polisi yang tengah menghadiri konser di Wrigley Field. Dia lalu ditangkap tak lama kemudian.
"Dalam setiap percakapan, Hassoun menjelaskan bahwa dirinya bersedia mengebom orang-orang tak bersalah dan menembaki polisi sebagai upaya aneh untuk merusak stabilitas kota Chicago," kata Gary Shapiro, Jaksa AS untuk Distrik Utara Illinois.
Atas vonis berat ini, FBI menyambutnya dan memuji kerja keras yang telah dilakukan para agennya yang menyamar.
"Kami tetap waspada dalam misi kami untuk mencegah serangan-serangan terhadap warga Amerika dan untuk mengidentifikasi dan menangkap orang-orang dan kelompok yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksaan serangan-serangan tersebut," tandas Cory Nelson, kepala biro FBI di Chicago.
(ita/nrl)