Staf Intelijen Keliru Administrasi, Napi Teroris Malah Ditahan di Rutan Biasa

Staf Intelijen Keliru Administrasi, Napi Teroris Malah Ditahan di Rutan Biasa

- detikNews
Jumat, 31 Mei 2013 11:41 WIB
Jakarta - Kepala Badan Intelijen Australia (ASIO), David Irvine, mengatakan kesalahan administrasi telah menyebabkan salah seorang stafnya tidak sengaja membebaskan dan memberi izin seorang pencari suaka yang merupakan terpidana kasus pembunuhan dan terorisme menjalani proses penahanan di masyarakat.

Sebelumnya Polisi Federal menyatakan seorang pencari suaka yang tiba di Australia pada Mei tahun lalu telah dipidana secara in absentia atas kasus pembunuhan di Mesir.

Informasi ini diketahui dari proses pemeriksaan nama rutin yang dilakukan AFP. Dari proses ini terungkap, pencari suaka itu menjadi subyek pemberitahuan merah Interpol yang menyatakan ia telah divonis bersalah secara in absentia pada tahun 1999 atas kasus pembunuhan, perusakan harta milik, kepemilikan senjata api, amunisi dan bahan peledak tanpa izin dan keanggotaan kelompok teroris – Jihad Islam Mesir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Otoritas AFP dalam sidang Senat mengatakan pihaknya telah menginformasikan identitas pria itu pada November lalu dan memberi pemberitahuan kepada Departemen Imigrasi.

Pihak imigrasi memutuskan pria itu tetap ditahan di rumah detensi dengan tingkat pengamanan rendah, sampai akhirnya dipindahkan ke fasilitas yang lebih aman di Sydney pada April lalu.

Ketika ditanya oleh Senator George Brandis dari partai Liberal, tentang pengawasan terkait pria tersebut, David Irvine mengakui ASIO telah lalai menangani pria itu.

"Awalnya ada kesalahan administrasi dan kesalahan lainnya yang baru kita identifikasi belakangan," katanya.

Baru dalam pemeriksaan selanjutnya diketahui soal vonis yang dijatuhkan bagi pria itu dan ia tidak pernah benar-benar dibebaskan dari tahanan.

Dia mengatakan stafnya berada di bawah tekanan karena tingginya jumlah pencari suaka yang tiba di Australia. Saat ini saja baru 15% dari total antrian pencari suaka yang mampu mereka tangani proses penilaiannya sebelum mereka diputuskan layak diijinkan tinggal di masyarakat atau tidak. Akibatnya ASIO harus melakukan proses pemilahan dengan cepat.

Juru bicara imigrasi dari Koalisi, Scott Morrison, membantah pihaknya tidak menindaklanjuti informasi mengenai masa lalu pria itu.

"Insiden ini menunjukkan betapa rendahnya standar pemeriksaan yang dilakukan pemerintah dalam menyikapi isu terkait masalah keamanan nasional dan melindungi masyarakat kita demi untuk menutupi kegagalan mereka yang bersifat kronis mengatasi perbatasan, &rsquo katanya.

Dia mengatakan Menteri Imigrasi Brendan O'Connor balas bertanya.

"Mengapa butuh waktu yang sangat lama untuk menempatkan orang ini dalam penahanan yang lebih formal dan mengapa orang ini masih ada di negara kita saat ini dan untuk tujuan apa?" katanya.


(nwk/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads