Kelompok yang menolak mengatasnamakan diri Komunitas Kretek dan Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI). Massa beraksi di Tugu Yogyakarta. Sedangkan aksi yang mendukung digelar mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) di Bundaran kampus.
Komunitas Kretek menggelar aksi dengan menampilkan kesenian tradisional jatilan dan angguk putri. Mereka menari-nari di sekeliling Tugu Yogya. Sedangkan beberapa peserta yang mengenakan pakaian adat tradional Jawa membawa beberapa poster.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koordinator aksi, Jantan Putra, mengatakan selama satu dekade terakhir ini perang melawan tembakau semakin intensif di Indonesia. Namun kenyataannya impor tembakau justru terus meningkat. Tahun 2003-2008 impor naik 250 persen. Impor rokok dan cerutu juga meningkat. Dalam periode yang sama, masing-masing naik 86,87 persen dan 197,5 persen.
Dua pabrik kretek terbesar nasional yakni Sampoerna dan Bentoel dicaplok perusahaan multi nasional asing tahun 2005 dan tahun 2009. Saat ini, banyak pabrik rokok kretek menengah kecil yang gulung tikar.
"Bersamaan dengan itu, industri farmasi/obat-obat mulai memasarkan produk berhenti merokok di pasaran," kata Jantan kepada wartawan di sela aksi.
Jantan menegaskan komunitas kretek dan APTI menyatakan menolak peringatan hari tanpa tembakau sedunia 31 Mei yang sarat kepentingan asing. Menolak PP 109/2012 sebagai regulasi pengendalian tembakau pesanan asing.
"Harus ada regilasi pertembakauan yang melindungui industri tembakau nasional," katanya.
Kedua aksi berlangsung tertib dan aman. Sejumlah aparat keamanan hanya berjaga-jaga agar arus lalu lintas di kawasan itu tidak macet.
(bgs/try)