Curhat Tukang Ojek Setelah Penertiban PKL Stasiun Juanda

Curhat Tukang Ojek Setelah Penertiban PKL Stasiun Juanda

- detikNews
Rabu, 29 Mei 2013 17:29 WIB
Tukang ojek menanti penumpang (Bilkis/ detikcom)
Jakarta - Sudah seminggu stasiun Juanda dibersihkan dari pedagang yang biasa berjualan di lobi bawah stasiun KRL. Salah satu yang merasakan dampaknya adalah para tukang ojek yang setiap hari mangkal di sana.

Ada yang berbeda dengan para tukang ojek yang biasa beroperasi di stasiun Juanda. Menurut pengakuan salah satu tukang ojek, Firman (23), mereka jadi bingung untuk nongkrong dan makan.

"Dulu mah, kita dari motor bisa tinggal teriak 'teh kopi' kalau sekarang? Nggak ada. Susah," terang Firman saat berbincang dengan detikcom di stasiun Juanda, Jalan Ir. H. Juanda, Jakarta Pusat, Rabu (29/5/2013)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Itulah dampak terbesar yang dirasakan tukang ojek atas penggusuran pedagang dari stasiun Juanda. Mereka merasa aksesibilitas mereka terhadap kebutuhan seperti kopi, rokok dan makanan menjadi semakin sulit.

Sebenarnya, penjual makanan sangat banyak di sekitar stasiun Juanda. Tidak kurang dari 5 penjual makanan dan gorengan yang ada di luar pagar stasiun. Belum lagi deretan warung dan tenda yang menjajakan makanan di sisi kiri stasiun. Namun, buat Firman dan beberapa kawannya yang mangkal di pintu samping kanan stasiun, tentu lebih dekat jika saja para pedagang tersebut masih berjualan di dalam stasiun.

Selain itu, Firman juga mengeluhkan pendapatannya yang berkurang sejak penggusuran tersebut. Ia yang biasanya bisa membawa pulang uang Rp. 250 ribu hingga Rp. 300 ribu sekarang hanya bisa membawa Rp. 150 ribu.

"Kalau ada pedagang ini kan kadang orang kantoran yang singgah makan, udah malas naik angkot jadinya milih naik ojek. Sekarang udah hilang semua," kata pria yang bermukim di Kebayoran ini.

Buat Candra (23) para penjaja kopi hitam pun kadang menjadi tempat para tukang ojek untuk berkumpul menunggu penumpang turun. Namun, sekarang mereka hanya duduk di pinggir tembok atau di depan sebuah mini market. Yang penting, jika penumpang turun, mereka bisa segera bangkit dan menawarkan jasa antarannya.

"Ya jadinya duduk-duduk ngemper gini deh, berasa asing. Kemana-mana jadinya malas. Makan aja bingung mau dimana," ujar Candra (23) yang juga ngojek di Stasiun Juanda ini.

Berbeda dengan Firman dan Candra, Sugianti (51) mengatakan seng penutup stasiunlah yang menjadi kendala buatnya. Pasca penggusuran, pihak stasiun Juanda memang memangari area terluar stasiun untuk meminimalisir kembalinya PKL.

"Kalau buat saya, seng ini masalahnya. Saya kalau nongkrong di dalam stasiun menunggui penumpang, saya nggak bisa merhatiin motor saya," terang lelaki paruh baya ini.

Tidak hanya pedagang yang kerap dipermasalahkan penumpang KRL. Perilaku para tukang ojek yang langsung menghadang saat baru turun dari tangga juga dikeluhkan beberapa penumpang.
Sugianto membenarkan keluhan tersebut dengan mengatakan jika PT. KAI memang sudah beberapa kali menegur mereka agar tidak menghalang-halangi jalan penumpang.

"Kita memang pernah diperingati. Itu wajarlah. Kan memang kewajibannya mereka. Kita nggak ada masalah selama menegurnya masih manusiawi," tandas Sugiarto sambil tersenyum.

(gah/gah)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads