Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) kaget dengan bertebarannya spanduk-spanduk yang mengusungnya menjadi capres.
Padahal, Jokowi masih pada pendiriannya untuk tidak memikirkan maju bertarung memperebutkan kursi RI 1. Jokowi juga tidak tahu si pemasang spanduk tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Mejeng di KPK
|
"Kami ingin menemui pimpinan KPK, melaporkan 32 nama anggota DPRD DKI Jakarta yang mengajukan interpelasi dan ingin memakzulkan Jokowi," ujar Yanes Yosua Frans, ketua rombongan, di Kantor KPK, Jl. HR Rasuna Said, Jakarta, Selasa (28/5/2013).
Menurut grup media sosial Jokowi Presidenku, munculnya wacana pengajuan interpelasi kepada Jokowi, karena ketakutan para anggota dewan. Anggota DPRD DKI Jakarta ketakutan karena KPK akan menempatkan petugas di Pemda DKI Jakarta.
"Para anggota dewan itu gerah karena Jokowi bekerjasama dengan KPK untuk memastikan transparansi birokrasi," tambah Yanes yang juga koordinator aksi ini.
Saat ini kesepuluh orang itu sedang menemui pimpinan KPK. Belum diketahui siapa pimpinan KPK yang menemui mereka.
Wacana pengajuan hak interpelasi memang dimunculkan DPRD DKI beberapa waktu belakangan. Mundurnya beberapa rumah sakit dari program KJS menjadi alasan pengajuan hak interpelasi ini.
2. Warnai Demo di Bundaran HI
|
Pendukung sebanyak 75 orang ini mengenakan kaos putih bertuliskan '2014 Jokowi Presidenku'. Mereka juga menggelar spanduk bertuliskan Jokowi Presidenku 2014, Gerakan Penyelamat Bangsa Menuju Indonesia Baru.
"Kami mendesak Jokowi sebagai Presiden 2014. Kami sangat yakin dengan kinerja beliau," ujar salah seorang anggota, Sihol Manulang, di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (19/5/2013).
Meskipun hingga saat ini belum ada pernyataan kesediaan dari Jokowi, mereka akan terus melakukan aksi untuk mendesak Jokowi. Sihol yakin, pada saatnya nanti Jokowi akan bersedia.
"Jokowi sayang rakyat. Jika rakyat datang minta dia, dia tidak akan tolak," ujarnya.
Menurutnya, selama ini belum ada pemimpin yang totalitasnya seperti Jokowi. Mereka bahkan akan menuntut Jokowi jika pada pemilu 2014 Jokowi tidak bersedia menjadi presiden.
"Jika Jokowi menolak jadi presiden dan orang lain yang menjadi presiden lalu negeri ini hancur, kami akan tuntut Jokowi," ucapnya.
Sihol mengatakan, sebagai petinggi PDIP, Megawati tidak perlu ragu untuk mengusung Jokowi sebagai presiden pada Pilpres 2014. Sebab menurutnya jika menunggu Pilpres 2019 terlalu lama.
"Jokowi anak ideologis Soekarno. Mega tidak perlu takut. Dia akan lebih besar kalau memilih Jokowi," terang Sihol.
Ia mengaku belum pernah bertemu langsung dengan Jokowi. Namun ia yakin jika Jokowi menjadi presiden, clean and good governance di Indonesia akan terwujud.
"Sekarang kan banyak yang menuntut revolusi. Revolusi akan segera terjadi jika Jokowi menjadi presiden," tandasnya.
3. Ada 'Jokowi-Hatta' di Solo
|
Spanduk tersebut dipasang di sejumlah lokasi. Ukurannya sama, isinya sama dan demikian pula waku pemasangannya, nyaris berbarengan. Spanduk berukuran 1 meter x 5 meter dengan warna dasar merah putih bertuliskan 'Berdela-PAN mendukung JOKO WI & Hatta Rajasa Pada Pilpres 2014-2019, AYO DUKUNG WONG SOLO' ini terpasang di sejumlah jalan protokol di Solo.
Cipto Sumarto, penjual rokok di dekat perempatan Sangkrah, Pasarkliwon, Solo, mengaku baru tadi pagi melhat spanduk besar itu terpasang di dekat warungnya. Dia menduga spanduk itu dipasang tadi malam.
Tidak ada simbol partai, namun pengurus PAN setempat tidak menampik jika spanduk itu dipasang oleh simpatisannya. Upaya untuk mencari dukungan dan warga Solo.
Ketua DPD PAN Solo, Umar Hasyim, mengaku mengetahui keberadaan spanduk-spanduk itu meskipun dia mengelak spanduk itu disebut dipasang oleh partainya. Namun dia tidak menampik jika disebut spanduk tersebut dipasang oleh simpatisan PAN di Solo untuk meraih simpati warga Solo dengan membawa nama Jokowi yang saat ini sedang naik daun di kancah politik nasional.
"Saya hargai itu sebagai aspirasi dari anak-anak muda PAN. Spanduk tersebut merupakan aspirasi akar rumput dan kami akan merespons dengan menyampaikan asprasi itu kepada DPP PAN di Jakarta," kata Umar, Jumat (26/4/2013).
Sedangkan Jokowi memilih untuk tidak memikirkan spanduk dukungan Jokowi-Hatta di Pilpres 2014 yang bertebaran di Solo.
"Saya itu nggak mikir. Kemarin itu kan sudah ada polling, disandingkan dengan yang ini, terus sekarang dengan Pak Hatta, nggak ngerti saya. Saya juga nggak minta, dan nggak ada yang memberi tahu saya," kata Jokowi kepada wartawan di Balaikota DKI Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan, Jumat (26/4/2013) petang.
Jokowi mengaku tidak memikirkan survei capres. Namun Jokowi masih bertanya-tanya, siapa yang memasang spanduk yang membuatnya kaget itu.
"Tapi saya mau nanya loh, itu kok bisa di Solo ya? Ya sudah nanti kita cek," tanya Jokowi sembari tersenyum.
Menurut Jokowi, pemasangan spanduk seperti itu harusnya memberi tahu dulu. "Untuk etikanya harusnya ada pemberitahuan dululah biar nggak kaget," lanjutnya masih sembari tersenyum.
Halaman 2 dari 4