Waspadai, Upaya Membenturkan Kepentingan untuk Memecah Belah Bangsa

Waspadai, Upaya Membenturkan Kepentingan untuk Memecah Belah Bangsa

- detikNews
Rabu, 29 Mei 2013 07:36 WIB
Jakarta - Pengamat intelijen Wawan Purwanto menilai, banyak pihak yang tidak menginginkan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia berlangsung harmonis. Hal ini masih akan terjadi, meski Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendapatkan penghargaan dari Appeal of Conscience Foundation (ACF), suatu yayasan antaragama bergengsi di Amerika Serikat (AS).

"Perselisihan atau konflik di Tanah Air masih tetap ada. Ada upaya untuk terus membenturkan SARA, baik itu di Maluku maupun Papua. Bahkan konflik Ahmadiyah dan masalah pendirian tempat ibadah menjadi benturan panjang yang mewarnai konflik di Indonesia," kata Wawan Purwanto di Jakarta, Rabu (29/5/2013).

Menurut Wawan, benturan-benturan atau pun konflik yang terjadi tersebut tidak lepas dari campur tangan asing yang bermain dalam rangka mengganggu kerukunan hidup beragama di Indonesia. "Kalau ditanya apakah ada pihak asing yang bermain, tentu saja ada dan memicu itu (perselisihan-Red) semua. Mereka bermain justru dengan menggunakan orang kita (Indonesia-Red) sendiri melalui politik devide at impera atau pecah belah," jelasnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wawan mengimbau kepada rakyat Indonesia untuk menyadari bahwa mereka telah dipermainkan dan dihasut pihak asing. "Tanpa disadari masalah kecil yang seharusnya bisa diatasi justru dibesar-besarkan menjadi konflik yang lebih luas. Karena itu seluruh rakyat Indonesia harus mewaspadai setiap gerakan-gerakan yang membenturkan masalah agama. Kita jangan mudah tersulut dan terprovokasi," ujarnya.

Sementara terkait dengan penghargaan ACF yang diterima Presiden SBY, Wawan mengatakan, di negara demokrasi adanya pro-kontra dalam menyikapi penghargaan ACF yang diterima Presiden SBY merupakan hal yang wajar.

Namun, penghargaan ACF patut diapresiasi dan disyukuri karena dibalik penghargaan tersebut ada sisi positifnya. Di sisi lain, penghargaan tersebut bukan hanya milik SBY, tetapi milik bangsa Indonesia dalam proses kerukunan hidup antarumat beragama.

"Dalam kerukunan hidup antarumat beragama di Tanah Air memang masih ada kekurangan. Kita perlu apresiasi dengan senang hati karena yang memperoleh penghargaan tersebut hanya orang tertentu saja, dan tidak mudah untuk memperolehnya," imbuhnya.

Menurut Wawan, segala upaya yang telah dilakukan selama ini dalam menciptakan kehidupan yang harmonis di antara umat beragama dari berbagai macam suku dan ras bukanlah persoalan yang semudah membalikkan telapak tangan.

โ€œPenghargaan ini merupakan cerita untuk generasi penerus bahwa kita pernah menerima penghargaan. Janganlah masalah ini dipolitisasi untuk kepentingan tertentu,โ€ pintanya.

(zal/fjp)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads