Arifin, salah seorang pembaca detikcom menceritakan pengalamannya saat didatangi komplotan derek liar di tol Bekasi tiga bulan lalu. Kala itu, dia hanya berhenti untuk membeli minuman di warung pinggir tol. Mesin mobil Isuzu Panther yang dikendarainya pun masih menyala.
"Tahu-tahu ada derek liar, mau main bawa aja mobilnya," kata Arifin saat berbincang dengan detikcom, Selasa (28/5/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya bilang, saya laki-laki keluar dari rumah harus udah siap mati. Silakan sampeyan bawa mobil dan isi-isinya kalau saya kalah. Jangan semena-mena," ujar Arifin menirukan kalimatnya kala itu.
Dia meminta para penderek itu memanggil siapa pun bos mereka. Dia tak peduli bila mereka dibekingi aparat. Tekadnya sudah bulat: melawan sampai mati.
"Saya pernah di Akabri, jadi tahu teori-teori perkelahian. Kalau kalah ya minimal mati bareng," ungkapnya.
"Di jalan itu rumusnya jangan culun. Nanti dimakan sama orang. Harus berani," pesannya.
Kisah Haryono lain lagi. Dia pernah didatangi penderek liar di Km 4 tol Cikampek ketika mobil Isuzu Panther miliknya mogok. Seketika itu juga, dia langsung menelepon derek tol Jasa Marga.
Rupanya, sebelum derek Jasa Marga tiba, sudah ada tim derek liar yang mendahului. Mereka mengintimidasi Haryono dan memaksanya untuk diderek.
"Saya ini petugas derek, ini mobil harus segera keluar dari jalan tol,β kata Haryono menirukan ucapan orang itu.
"Tapi saya berusaha tenang. Mobil saya rem tangan dan saya keluar sambil mengunci pintu mobil," sambungnya.
Tanpa banyak bicara, Haryono menjauhi mobil. Lalu, 30 menit kemudian, datanglah mobil derek Jasa Marga.
"Mobil derek liar itu kesal sambil menendang-nendang ban mobil saya dan mereka meninggalkan mobil saya itu," ceritanya.
(mad/nrl)