Mediasi Mahasiswa dan Wartawan Terlibat Bentrok, Berakhir Tanpa Solusi

Mediasi Mahasiswa dan Wartawan Terlibat Bentrok, Berakhir Tanpa Solusi

- detikNews
Kamis, 23 Mei 2013 15:53 WIB
Jakarta - Upaya mediasi antara pihak wartawan Sindo TV dengan pihak mahasiswa Trisakti terkait aksi pemukulan dalam unjuk rasa peringatan Tragedi 21 Mei, belum menemukan solusinya. Mediasi bahkan sempat memanas ketika pihak mahasiswa Trisakti menjelaskan kronologi pemukulan terhadap Sukron, wartawan Sindo TV.

Mediasi ini berlangsung di ruang Balai Wartawan Mapolda Metro Jaya, Jl Sudirman, Jakarta, pukul 12.00 WIB, Kamis (23/5/2013). Pihak Sindo TV dihadiri Driantama selaku Wapemred Sindo TV, Boy Ikrar Cakra Ningrat selaku Manager News Sindo TV, Koordinator Liputan Sindo TV Urinisin.

Sementara dari Universitas Trisakti hadir Purek Bidang Kemahasiswaan Bonjol Siagian, Hein Wanganiay selaku Asisten Wakil Rektor 3, Bambang Sutjondro dari Biro Kemahasiswaan, Presiden Mahasiswa Trisakti Muhammad Irwan, dan juga M Ardinal, mahasiswa yang ikut dalam demo dan diduga pelaku pemukulan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semula, mediasi yang tanpa dihadiri penengah itu berlangsung lancar dan suasana tampak hangat. Pihak Universitas Trisakti juga sempat menyampaikan permohonan maaf atas insiden pemukulan terhadap Sukron yang saat itu tengah melakukan peliputan.

"Saya berbicara sebagai yang bertanggung jawa di lapangan, saya meminta maaf. Kami atas nama keluarga besar Trisakti minta maaf. Ini murni kesalahpahaman semata, di luar prediksi kami. Kami harap tidak terjadi lagi," kata Irwan.

Permintaan maaf juga disampaikan Bambang. Bambang menyadari jiwa mahasiswa yang saat itu ikut demo yang masil labil dan baru kali itu melakukan aksi pasca pengangkatan Presma Trisakti yang baru 2 bulan itu.

"Kami mohon maaf sebesar-besarnya pada rekan wartawan yang terjadi kemarin. Itu baru demo sekali di kepresidenan. Saya selaku orang tua dari mereka minta maaf. Baiknya kita bermafan lebih dulu," kata Bambang.

Kemudian Driantama meluruskan pernyataan Irwan soal 'kesalahpahaman' di lapangan. Menurut Driantama, peristiwa pemukulan yang terjadi pada salah satu kru medianya itu adalah sebuah intimidasi terhadap jurnalis yang tengah melakukan peliputan.

"Kata-kata itu riskan. Kami lihat di rekaman, ada puluhan kamera yang merekam, itu yang pakai baju hitam dan ada tulisan SATGAB Trisakti itu mengusir kami. Saya rasa dari kami tidak ada salah paham, mereka jurnalis, bukan intel. Dan kami diusir. Ini sebuah kesengajaan. Ini intimidasi pada wartawan. Ini bukan salah paham," papar Driantama.

Kemudian, Hein angkat bicara atas pernyataan Driantama itu. Hein menyatakan, mahasiswanya tidak bermaksud melecehkan profesi wartawan atas insiden kemarin itu. "Saya yakin dia tidak melecehan wartawan secara sengaja," kata Hein.

Irwan kemudian memperjelas permintaan maaf yang disampaikannya itu dan mengakui adanya pemukulan dari pihak mahasiswa. Irwan beralasan, aksi pemukulan terjadi karena massa sudah emosi dan lost control, ditambah lagi adanya keributan di internal massa juga saat itu.

Setelah masing-masing menyampaikan permohonan maaf, giliran Ardinal yang berbicara. Ia lantas menyampaikan kronologi peristiwa itu dalam versinya. Pengakuan Ardinal, ia tidak memukul Sukron lebih dulu, tetapi Sukron-lah yang lebih dulu menendangnya.

"Saat kejadian memang ada dorong-dorongan antara mahasiswa dengan polisi itu di barisan depan, kebetulan saya di barisan belakang, sedang makan. Kemudian ada masalah di Satgab dengan mahasiswa yang salah satu mahasiswa juga didorong-dorong. Saya bilang ke Satgab, jangan itu adik saya. Kemudian aksi saling dorong itu berlanjut ke belakang. Memang ada (Satgab) yang tunjuk-tunjuk. Maksud saya ingin lerai. Malah saya ini posisinya masalahnya sama Satgab. Tetapi kemudian saya ditendang Sukron dari kanan, lalu saya dipukul dan Sukron lari," papar Ardinal.

Mendengar pembelaan Ardinal itu, Drian sedikit memanas. Ia langsung menantang Ardinal untuk memutarkan rekaman kejadian itu. Drian berpendapat justru Sukron yang lebih dulu dipukul.

"Kamu kena pukul? Kamu mau saya putarkan gambarnya? Ini ada rekamannya," tegas Drian.

Pihak Universitas Trisakti pun tersulut dan mencari pembenaran. "Kami datang ke sini untuk mediasi," kata Hein sambil menggebrak meja.

Ardinal juga sempat naik pitam dan bersikukuh kalau dia lah yang dipukul lebih dulu. Suasana pun menjadi riuh. Kedua pihak sempat cekcok beberapa saat.

Namun kemudian, Ketua Balai Wartawan Polda Metro Jaya, Dodo melerai keributan itu.

"Rekan-rekan, tenang semuanya. Saya selaku tuan rumah di sini menginginkan mediasi yang tenang dan suasana yang penuh keramahan. Tidak perlu emosi. Lebih baik nanti Mas Drian agar mengcopy rekamannya agar pihak rektorat dapat menganalisanya," kata Dodo.

Kedua pihak akhirnya setuju dan mengatur kembali pertemuan kedua pihak. Belum ditentukan kapan pertemuan selanjutnya akan dilakukan. Mediasi pun selesai tanpa solusi dan kedua pihak saling bersalaman usai mediasi.

(mei/lh)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads