Peristiwa berdarah tersebut terjadi pertengahan Mei 2010 lalu. Sebanyak 90 orang dinyatakan tewas dalam aksi protes tersebut dan 1.900-an lainnya mengalami luka dalam serangkain bentrok demonstran dengan aparat militer.
Massa antipemerintahan itu meminta pemerintah yang dipimpin Perdana Menteri Thailand, Abhisit Vejjajiva, untuk membubarkan parlemen dan mengadakan pemilu dalam waktu 30 hari terhitung dari aksi mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Β "Protes damai," kata Mayor Jenderal Polisi Chantavit Ramasut, seperti dilansir AFP, Minggu (19/05.2013).
Aksi besar tersebut dikawal sekitar 750 polisi guna menghindari aksi vandalis dari para demonstran.
Kelompok Hak Asasi Manusia menyerukan penuntutan dan diajukan ke meja hijau atas pelaku kekerasan di 2010 lalu. "Tiga tahun lalu dunia melihat tentara menembaki demonstran," kata Direktur Human Right Watch Asia, Brad Adams.
Namun, PM Abhisit selaku pengawas militer malah menyalahkan pimpinan demonstran yang dinilainya sebagai pemicu militer bertindak tegas dan menembaki para demonstran.
Meski pengadilan setempat telah memutuskan bahwa para demonstran tewas di tangan militer, Abhisit menyangkal keras tuduhan itu.
(ahy/spt)