Seorang pejabat Kementerian Pertahanan Taiwan menuturkan, sebuah kapal penghancur, dua kapal frigate, dan 4 kapal patroli laut diterjunkan ke wilayah perairan dengan pulau Batan. Selain melakukan latihan militer, hal ini juga dilakukan untuk menegaskan wilayah perairan Taiwan di lokasi tersebut. Demikian seperti dilansir AFP, Kamis (16/5/2013).
"Hal ini untuk menyoroti navigasi dan hak penangkapan ikan Taiwan," terang Kepala Angkatan Laut Taiwan, Laksamana Hsu Pei-shan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya datang untuk menyampaikan penyesalan mendalam dan permohonan maaf dari presiden dan rakyat Filipina atas insiden yang tidak diinginkan dan hilangnya nyawa yang tidak disengaja," ucap Perez begitu mendarat di Taiwan.
Pernyataan Perez tersebut langsung mendapat tanggapan pemerintah Taiwan. Perdana Menteri Taiwan Jiang Yi-huah menuturkan, pihaknya tidak bisa menerima permohonan maaf tersebut, karena di dalamnya disebut bahwa tewasnya nelayan Taiwan merupakan insiden yang 'tidak disengaja'.
"Perez tidak memiliki wewenang yang cukup dan hal ini menunjukkan kurangnya ketulusan Filipina dalam menyelesaikan insiden ini dan oleh karena itu, sanksi gelombang kedua kami akan segera diberikan," tegas Jiang.
Sanksi gelombang kedua yang dimaksud termasuk larangan bepergian level 'merah' bagi warga Taiwan ke wilayah Filipina. Kemudian juga pemberhentian pertukaran pejabat tinggi, serta pembekuan urusan perdagangan dan pertukaran pelajar antar kedua negara.
Jiang juga mendorong warga Taiwan untuk mendukung tekanan yang diberikan pemerintah Filipina kepada Taiwan. Namun, dia menegaskan, agar warga Filipina yang ada di Taiwan tetap diperlakukan dengan baik.
Kemarin (15/5), Presiden Taiwan Ma Ying-jeou telah mengumumkan sejumlah sanksi bagi Filipina terkait insiden ini. Selain memberkukan spenerimaan tenaga kerja Filipina di Taiwan, Presiden Ma juga memberlakukan larangan bagi warga Taiwan bepergian ke Filipina.
(nvc/mad)