Dengan mengenakan ikat kepala berwarna kuning, para demonstran tersebut meneriakkan "Keadilan harus ditegakkan!" dan "Pembunuh harus dihukum!". Demikian seperti diberitakan News.com.au, Selasa (14/5/2013).
Dalam aksi yang dilakukan pada Senin, 13 Mei tersebut, para nelayan itu juga membakar bendera-bendera Filipina. Mereka juga melemparkan telur-telur ke gedung kedutaan de facto Filipina. Puluhan polisi tampak berjaga-jaga di sekitar gedung tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Otoritas penjaga pantai Filipina mengakui telah menembaki sebuah kapal nelayan Taiwan. Alasannya, kapal tersebut telah nyasar masuk ke wilayah perairan Filipina. Seorang nelayan Taiwan berumur 65 tahun tewas dalam insiden itu.
Meski mengakui penembakan itu, namun otoritas Filipina menolak minta maaf atas insiden tersebut. "Jika ada yang meninggal, mereka pantas mendapatkan simpati kami tapi bukan permohonan maaf," tegas juru bicara penjaga pantai Filipina, Armand Balilo.
Balilo menyatakan, insiden itu terjadi di perairan Filipina dan para personel penjaga pantai Filipina telah melaksanakan tugas mereka dengan benar, guna menghentikan aktivitas penangkapan ikan ilegal.
Namun otoritas Taiwan bersikeras bahwa kesalahan ada di pihak Filipina. Disebutkan bahwa kapal nelayan tersebut tidak bergerak masuk ke wilayah perairan Filipina seperti yang dituduhkan Manila.
(ita/nwk)