Adalah Robby Sumarna (35) yang pernah menduduki struktur di Biro Pelayanan Masyarakat IMI Jabar periode 2010-2011. IMI Jabar sendiri merupakan organisasi resmi yang membawagi kelompok XTC.
Robby menceritakan, pengalaman tersebut dia dapati saat dirinya mengurus pengajuan kelompok bermotor berlambang lebah tersebut untuk masuk kembali ke dalam naungan IMI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, remaja tanggung yang ditemui Robby itu beralasan bergabungnya dia di kelompok bermotor untuk membangun persaudaraan.
"Namun disayangkan setelah mereka bersama maka timbulah keberanian yang over," ujarnya.
Bagaimana bisa anak SMP tergabung dalam geng motor, sementara dia belum layak mengendarai motor?
Robby tidak menjawab tegas. "Inilah yang membedakannya klub dengan geng motor. Saat itu kami memberikan arahan kalau klub itu harus memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi), usia ditentukan, dan lain sebagainya," jawabnya.
Robby sedikit menceritakan sekelumit perjalanan geng berbendera biru tua-mudadan putih ini kembali bergabung di IMI Jabar. Menurutnya, kelompok bermotor yang berdiri sejak 1982 ini sempat vakum dari kegiatan IMI. Saat hendak bergabung kembali ke dalam organisasi, beberapa pengurus IMI Jabar sempat menolak niatan kelompok itu untuk kembali ke IMI Jabar.
"Kita meminta mereka melakukan perbaikan organisasi. Namanya organisasi ada AD/ART dan ada kepengurusan jelas ada penasihat dari luar mereka, artinya bukan geng lagi. Saat itu diberikan waktu 2-3 bulan dan mereka (XTC) sudah tertata bagus secara organisasi," tutur Robby.
Saat itu, kelompok XTC cenderung tertutup dan tidak mau menerima masukan dari luar. "Dengan adanya penasihat dari luar yang berasal dari unsur Polres, Korem, Muspika, dan Muspida, mereka harus terbuka, artinya kita (IMI) bisa memasukan aturan kami ke dalam organisasi tersebut," paparnya.
Klewang (57), pimpinan geng motor XTC ditangkap Polresta Pekanbaru karena aksi biadabnya yang memperkosa korbannya di hadapan anggota gengnya. Klewang dikenal mampu menebar dan merekrut anggotanya hingga ke tingkat pelajar.
Menurut Kapolresta Pekanbaru, Kombes Adang Ginanjar, diketahui ternyata sejumlah pelajar terlibat di dalam aksi kriminalnya. Padahal pelajar itu pernah diamankan namun dikembalikan ke orangtuanya untuk dibina.
"Sekarang tidak ada ampun lagi buat mereka. Biar pelajar, mereka akan kita ciduk. Tidak perduli dengan statusnya sebagai pelajar. Karena sebelumnya sudah ada perjanjian tertulis mereka tidak akan ikut dalam kelompok geng motor manapun," kata Adang, Sabtu (11/5/2013).
Catatan detikcom, Polrestabes Bandung pernah mengamankan 600-an anggota geng motor XTC yang melakukan perusakan di seputa Bandung, Sabtu (25/9/2010) malam dan Minggu (26/9/2010) dini hari. Rata-rata para anggota yang diamankan lengkap dengan atribut identitas kelompok yang mereka kenakan.
Mirisnya, mereka yang turut diamankan adalah kaum pelajar SMP dan SMA. Bukan hanya laki-laki, belasan perempuan remaja tanggung pun turut diamankan dalam aksi brutal kelompok ini.
Setelah mendata dan menginterograsi, polisi hanya menjerat enam anggota XTC yang kedapatan membawa senjata tajam. Sementara selebihnya dikembalikan ke orangtua dengan alasan masih berstatus pelajar.
Lebih jauh lagi, aksi brutal kelompok ini adalah melakukan penyerangan ke markas Polwiltabes Bandung pada tahun 2003. Aksi ini muncul akibat ada kesalahpahaman antara pihak XTC dan kepolisian yang tidak memberikan izin kelompok motor ini untuk menggelar bakti sosial.
(ahy/ahy)