Laporan gabungan dari Institute for Democracy and Economic Affairs (IDEAS) dan Centre for Public Policy Studies (CPPS) menunjukkan, adanya sejumlah masalah dalam pelaksanaan pemilu Malaysia pada Minggu (5/5) lalu. Salah satu yang paling memprihatinkan adalah cacat pada sistem pemilu dan integritas pemilih yang diragukan.
Kedua lembaga tersebut mencatat, secara keseluruhan proses pemilihan dan pengiriman surat suara berjalan baik. Namun dinodai sejumlah persoalan yang cukup signifikan, seperti tinta pemilu yang bermasalah, partisan partai yang diperdaya oleh pemerintah, hingga persoalan media yang cenderung memihak pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tokoh oposisi Anwar Ibraham dengan terang-terangan menyerukan adanya kecurangan dalam pemilu yang memenangkan kandidat incumbent, Perdana Menteri Najib Razak. Namun tudingan tersebut langsung dibantah mentah-mentah oleh Najib Razak yang telah dilantik pada Senin (6/5) lalu.
Laporan IDEAS dan CPPS pun menyatakan adanya 'cacat' dalam pemilu Malaysia, yang baru saja digelar. "Ada cacat serius ketika mengacu pada kebebasan dan keadilan yang sepenuhnya," demikian bunyi laporan tersebut.
Cacat yang dimaksud ada pada kurangnya transparansi soal dana kampanye pemilu, kemudian keraguan pada independensi komisi pemilu Malaysia, serta dugaan pemberdayaan para konstituen.
Terlepas dari itu semua, pemilu Malaysia yang digelar pada akhir pekan lalu, tercatat dalam sejarah sebagai pemilu pertama di mana pihak oposisi memiliki kesempatan untuk maju melawan partai yang berkuasa. Kelompok oposisi ini dipimpin oleh Anwar Ibrahim yang pernah bergabung dalam pemerintahan dan menjabat Wakil Perdana Menteri Malaysia.
(nvc/ita)