"Unit itu dikontrakkan oleh Mulyadi dengan Harga Rp 1.250.000 per bulan. Dan yang sekarang tinggal di situ pasangan suami istri yang kebetulan suaminya sedang menempuh pendidikan kapten kapal di STIP (Sekolah Tinggi Ilmu pelayaran-red)," tutur pengurus rusun yang enggan disebutkan namanya kepada detikcom di Rusun Marunda, Jakarta Utara, Sabtu (4/5/2013).
Pengurus itu menuturkan, unit di tower Pari Blok A Unit 120 didapatkan Mulyadi dengan harga bayar bulanan cukup murah hanya Rp 159 ribu dari biaya normal Rp 350 ribu. Jumlah itu dibebankan ke Mulyadi karena dia mendaftar sebagai warga relokasi korban kebakaran di Jembatan Tiga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sewaktu mendaftar Mulyadi mengaku akan tinggal di situ. Tapi apa yang terjadi sungguh berbeda dengan ucapan Mulyadi.
"Tahun 2007 ngaku mau ditinggali sendiri, ternyata 2 bulan kemudian dikontrakkan. dan setelah itu Mulyadi tidak pernah kelihatan lagi di rusun ini," katanya.
Saat ini rumah Mulyadi di Rusun Marunda ditinggali sepasang suami istri. Sang suami merupakan mahasiswa di STIP yang kampusnya tepat berada di sebelah utara Rusun Marunda.
Rusun Marunda merupakan tempat favorit mahasiswa STIP untuk mencari kontrakan. Di tempat Mulyadi sendiri sudah 5 orang yang silih berganti kontrak di situ.
"Dua orang ini sudah 2 bulan meninggali rusun ini. Sebelumnya sudah dikontrakkan 5 orang," ungkapnya.
Mulyadi menegaskan tidak punya rumah di Rusun Marunda dan menyebut itu ulah provokator. Sementara itu, Jokowi sudah berkomentar soal kasus Mulyadi ini.
"Ya bagus dong. Berarti kreatif. Itu kreatif tapi tidak patut ditiru," sindir Jokowi.
(gah/nal)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini