Seperti dilansir USA Today, Sabtu (4/5/2013), hasil autopsi ini akhirnya dirilis setelah jenazah Tamerlan diserahkan kepada pihak keluarga. Pemilik rumah duka Worcester, yang menjadi tempat persemayaman Tamerlan menunjukkan detail akta kematian pria berusia 26 tahun tersebut kepada wartawan yang menemuinya.
"Sejumlah luka tembak di bagian dada dan sekitarnya," demikian kutipan dari akta kematian Tamerlan tersebut, seperti dibacakan Peter Stefan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu, Tamerlan sempat mendekati polisi sambil menodongkan pistolnya. Namun, ia kehabisan peluru dan berhasil dilumpuhkan polisi, ketika tiba-tiba sang adik, Dzhokhar Tsarnaev melindas tubuh Tamerlan dengan mobil.
Sementara itu, Stefan menuturkan, hingga saat ini pihak keluarga Tsarnaev masih mencari lokasi yang tepat untuk memakamkan Tamerlan. Keluarga Tsarnaev memutuskan untuk memakamkan Tamerlan di Massachusetts, AS. Namun, banyak warga Massachusetts yang menolak kehadiran jasad Tamerlan di lingkungan mereka.
Puluhan warga setempat bahkan berkumpul dan menyerukan penolakan mereka sembari membawa poster. "DIa tidak seharusnya dimakamkan di tanah Amerika," demikian salah satu bunyi poster yang dibawa warga setempat, seperti dikutip Boston Herald.
Terhadap protes tersebut, Stefan mengaku dirinya sudah bersiap. Menurut Stefan, setiap orang berhak mendapat pemakaman yang layak, terlepas dari apapun perilaku mereka semasa hidup dan bagaimana mereka mati.
"Saya tidak menghormati teroris. Saya hanya membantu memakamkan jenazah," tegas Stefan, yang biasa menggelar pemakaman dengan tata cara Muslim di AS ini.
(nvc/fjp)