"Pada Rabu (1/5) sekitar 100 orang umat Budha bersenjatakan tongkat telah berkumpul di luar pagar, mengancam akan membakar desa dan membunuh mereka," ujar salah satu penduduk Win Kite yang enggan disebut namanya, seperti dilansir Reuters, Sabtu (4/5/2013).
Untungnya polisi menggagalkan serangan itu. Namun, para warga Muslim tidak mau mengambil risiko pasca aksi kekerasan yang dipimpin para biksu Buddha di Meikhtila, pada Maret lalu. Insiden yang menewaskan 44 orang yang sebagian besar merupakan warga penganut Muslim tersebut memicu gelombang kerusuhan di pusat kota Myanmar. Hal tersebut juga mengancam reformasi ekonomi dan politik yang baru lahir di negara itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pagar setinggi 1,5 meter yang mengelilingi Win Kite adalah gambaran yang jelas perpecahan antara Muslim Myanmar dan umat Budha yang merupakan masyarakat mayoritas. Perpecahan tersebut juga mulai menyebabkan masalah di wilayah lain di Asia Tenggara.
Pada Jumat (3/5), rencana penyerangan kedutaan Myanmar di Jakarta berhasil digagalkan oleh tim Densus Mabes Polri. Polisi bahkan berhasil menangkap 2 orang terkait serangan tersebut, pada Kamis (2/5), malam serta menyita sejumlah bahan peledak. Belakangan diketahui bahwa rencana serangan tersebut merupakan reaksi atas penyerangan umat Muslim Rohingya di Myanmar yang merenggut banyak nyawa.
(rni/nvc)