Demikian diungkapkan sumber penegak hukum AS seperti dilansir New.com.au, Jumat (3/5/2013). Disebutkan bahwa informasi tersebut didapat dari wawancara penyidik dengan Dzhokhar sekitar dua pekan lalu.
Kepada penyidik, remaja berumur 19 tahun itu juga mengatakan, perakitan dua bom panci yang meledak pada 15 April lalu, ternyata lebih cepat dari yang diperkirakan kedua kakak-beradik itu. Hal tersebut juga menjadi salah satu faktor yang mendorong keduanya mengubah rencana serangan mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengenai bom rakitan yang mereka buat, Dzhokhar mengatakan, mereka berdua merakit bom dengan menggunakan panci presto tersebut di kediaman Tamerlan.
Dikatakan remaja asal Chechnya itu, setelah mereka memutuskan hari untuk melancarkan serangan, keduanya sempat menyusuri lintasan maraton sebelum memutuskan bahwa mereka akan meledakkan bom di garis finish.
Tamerlan Tsarnaev tewas saat pengejaran polisi di Watertown, Massachusetts. Sedangkan sang adik, Dzhokhar berhasil ditangkap hidup-hidup pada 19 April, namun dalam kondisi luka-luka. Kini, dia ditahan di Federal Medical Center Devens yang juga ada di negara bagian Massachusetts.
(ita/nrl)