Korban yang dikenal sebagai Halima itu berumur antara 18-20 tahun. Dia memiliki dua anak. Dia kawin lari dengan seorang sepupunya saat suaminya tengah berada di Iran. Namun 10 hari kemudian, pria itu mengembalikan Halima kepada keluarganya di Kookchaheel, distrik Aabkamari, provinsi Badghis.
Ayah Halima pun meminta nasihat dari para sesepuh desa atas kasus ini. Seperti dilansir Daily Mail, Rabu (1/5/2013), tiga sesepuh desa kemudian mengeluarkan fatwa yang memerintahkan Halima dieksekusi mati di depan publik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus serupa marak terjadi di Afghanistan. Dalam beberapa tahun terakhir, kasus-kasus pembunuhan wanita kerap terjadi dan menjadi bahan pemberitaan media internasional.
Pada November 2012 lalu, seorang gadis remaja dipenggal oleh seorang kerabatnya setelah dia menolak pinangannya. Korban bernama Gisa itu dipancung di distrik Imam Sahib, provinsi Kunduz. Usianya baru 15 tahun.
Salah satu kasus paling menggemparkan adalah pada Juli 2012 ketika rekaman seorang wanita Afghan yang dihukum mati oleh dua komandan Taliban, diposting di internet. Wanita berumur 22 tahun itu dibunuh karena kedua komandan Taliban itu tak bisa memutuskan siapa dari mereka berdua yang berhak memiliki wanita itu.
Korban dilaporkan terlibat cinta segitiga dengan kedua anggota Taliban itu. Korban merupakan istri salah satu dari dua komandan Taliban itu, namun dia dituduh berzina dengan komandan Taliban satunya.
(ita/nrl)