Jhon Fernando misalnya. Mantri Satpol PP Kecamatan Pulau Seribu Utara ini menilai jabatan camat sangat penting. Maka itu, dibutuhkan orang yang mempunyai semangat perubahan, seperti Jokowi.
"Pada prinsipnya semua itu sudah bagus. Maka yang penting itu tinggal keseriusannya," ujar Jhon usai mengerjakan soal di SMAN 1, Jl Boedi Oetomo, Jakarta Pusat, Minggu (28/4/2013).
Jhon keluar lebih awal dibanding peserta lain. Dia mengaku bisa mengerjakan 60 soal pilihan ganda, meski cukup kesulitan. Padahal sebelumnya, ia sudah belajar dari buku dan internet.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ambisi berbeda disampaikan Heru Septianto. Kepala pembina di kantor perpustakaan Jakarta Barat ini mengaku mengikuti ujian karena ingin mencari pengalaman dan meningkatkan jenjang karier. Selain itu, Heru menyatakan ingin ingin mengabdikan diri ke masyarakat.
"Mungkin itu klise," katanya usai mengikuti ujian di SMPN 1 Cikini, Jalan Cikini Raya 87 Jakarta Pusat.
Heru memastikan siap bekerja 24 jam seperti Gubernur DKI Jokowi. Bahkan ia siap jika harus terjun ke masyarakat atau blusukan.
"Justru saya lebih suka blusukan seperti Pak Jokowi daripada bekerja di belakang meja," tandasnya.
Uji kompetensi calon camat dilaksanakan di 8 sekolah di Jakarta. Yaitu SMKN 1, SMAN 1, SMKN 14, SMKN 16, SMAN 35, SMPN 1, SMAN 3, dan SMAN 70. Data di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta, peserta berjumlah 328 orang dan memperebutkan 44 kursi camat. Sebagian peserta merupakan camat incumbent, sisanya adalah pejabat eselon dari berbagai badan atau kantor.
(try/van)